MAKALAH
POTENSI EKSTRAK BIJI
BENGKUANG (Pachyrhizur erosus (L.) Urban) SEBAGAI PENGENDALI HAYATI
Disusun Oleh:
DIANA PUTRI HAPSARI
M0410018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Masalah hama dan penyakit pada
tanaman merupakan kendala besar dalam pertanian. Penanganan dari hama maupun
penyakit harus cepat diselesaikan agar tanaman tidak rusak berat dan mengalami
kerugian. Terdapat beberapa bahan kimia sintetik sebagai pemberantas hama atau
insektisida yang digunakan, namun juga menyebabkan efek samping yang dapat
membahayakan lingkungan. Maka dari itu, salah satu alternatif dalam
penanggulangan populasi vektor penyakit tersebut adalah penggunaan insektisida
organik yang berasal dari tumbuhan, walaupun umur residu sangat pendek karena
setelah pemakaian akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi
manusia dan lingkungan.
Bengkuang atau Pachyrhizus erosus
merupakan merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber
insektisida nabati yang berspektrum luas. Semua bagian tanaman bengkuang
kecuali umbi mengandung rotenon. Rotenon ini memiliki sifat insektisida.
BAB II
ISI
- Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom :
Tracheobionta
Super Divisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub Kelas :
Rosidae
Ordo :
Fabales
Famili :
Fabaceae
Genus :
Pachyrhizus
Spesies :
Pachyrhizus erosus (L.) Urban
- Deskripsi
Nama
daerah dari bengkuang sendiri antara lain singkuwang (Aceh), bangkuwang (Batak,
Jawa, Sunda, Kalimantan Selatan), jempiringan (Bali), uwi plisak (Lombok), buri
(Bima), uas (Rote), bingkuang (Minang).
Morfologi
dari bengkuang antara lain:
1.
Batang: Bengkuang
memiliki batang yang merambat dengan panjang 3m – 4m, kadang-kadang lebih panjang,
bulat, berambut dan hijau.
2.
Daun: Daunnya
tunggal, bentuknya bulat telur atau berbentuk seperti belah ketupat bundar,
tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, permukaan
berbulu panjang 7 – 10 cm, lebar 5 – 9 cm, dan berwarna hijau.
3.
Bunga: Bunga
majemuk, bentuk tandan, duduk di ketiak daun terdiri dari 24, tangkai panjang,
kelopak berbulu, bentuk lonceng, hijau, kepala putik berbulu, mahkota gundul,
bernoda hijau, warna bunga ungu kebiru-biruan.
4.
Polong: Polong
dihasilkan bunga, dengan panjang 7 – 14 cm dan lebar l – 2cm, bentuk lancet
(seperti ujung tombak), pipih, hijau.
5.
Biji: Biji keras,
bentuk ginjal, kuning kotor.
6.
Akar: Akar
tunggang dan berumbi. Umbi inilah yang dikenal sebagai buah bengkuang yang dikenal
masyarakat.
Tanaman
bengkuang merupakan tumbuhan semak, semusim dan membelit. Tumbuh baik di
lingkungan lembab panas dan memerlukan musim tanam yang panjang, panas dan
bebas bunga es. Tanah lembab bertekstur ringan (tanah yang mudah diolah) dan
berdrainase baik, disukai untuk produksi umbi akar berdaging optimum.
- Pengendalian
Hayati Bengkuang
1. Kandungan
Kimia
Tanaman
bengkuang mengandung : saponin, flavonoid dan minyak atsiri. Senyawa lain yang
terkandung di dalam biji bengkuang yang mampu mempengaruhi selera makan pada
larva antara lain pachirryzida, rotenoid, isoflavonoid dan phenylcoumarine.
a.
Saponin
Senyawa
ini terdapat pada daun dan biji bengkuang. Mempunyai sifat menyerupai sabun.
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang dapat menimbulkan busa
bila dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat
beracun untuk ikan, dan tumbuh – tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan
sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin juga bekerja
sebagai anti mikroba.
b.
Flavonoid
Pada
tanaman bengkuang flavonoid juga terdapat pada daun dan bijinya. Dalam tumbuhan
tingkat tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga.
Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid untuk tumbuhan yang mengandungnya antara
lain sebagai pigmen bunga yang berperan jelas dalam menarik burung dan serangga
penyerbuk bunga, untuk pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis dan kerja
anti mikroba. Efek flavonoid terhadap bermacam – macam organisme sangat banyak
diantaranya sebagai inhibitor yang kuat untuk pernafasan dengan menghambat
kerja enzim – enzim pernafasan.
c.
Minyak atsiri
Pada
tanaman bengkuang minyak atsiri ini hanya terdapat pada bijinya. Berbagai senyawa
atsiri yaitu berbagai alkohol, aldehid, keton dan ester yang mudah menguap
terdapat dalam tumbuhan walaupun biasanya hanya sedikit sekali. Senyawa ini
walaupun dalam konsentrasi rendah dari segi estetika dan niaga penting karena
peran yang diberikannya kepada cita rasa dan bau makanan, bunga, parfum dan
sebagainya. Minyak atsiri mengandung galangol, galagin, alpinen, kamfer dan
metil sinamat yang dilaporkan mempunyai sifat anti bakteri karena mampu
membunuh organisme.
Dari
hasil analisa Hansberry et, al. (194l) secara Meijer test dan Goodhe
test (520 mμ), ternyata Pachyrhizus erosus mengandung gugus rotenon,
eroson dan pachyrrizid. Gugus yang mempunyai sifat insektisida adalah rotenon,
yang terdapat dalam polong dan biji matangnya. Secara kimiawi rotenone digolongkan
kedalam kelompok flavonoid namun umbi bengkoang bebas dari racun. Wujud dari
rotenon dapat berwujud kristal berwarna putih sampai kuning dengan titik lebur
163°C dan detoksifikasi dapat terjadi dalam waktu 2 – 3 hari karena udara dan
sinar matahari.
2.
Cara Kerja
Pestisida
nabati seperti ekstrak biji bengkuang yang dapat mematikan hama dengan cara
seperti berikut:
a.
Refelen, yaitu
menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat.
b.
Antifidan,
menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit.
c.
Mencegah
serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur.
d.
Racun syaraf, serangga
yang teracuni akan mati kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat – alat
mulut serta sel – sel syaraf.
e.
Mengacaukan hormon
di dalam tubuh serangga.
f.
Attraktan,
sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap.
Insektisida
bengkuang dapat masuk melalui oral dengan membiarkan larva bergerak dan
beraktivitas di atas daun yang telah direndam di dalam ekstrak bengkuang selama
10 menit. Penetrasi (penembusan) kutikula biasanya merupakan jalan kecil yang
utama, tetapi suatu insektisida juga masuk melalui mulut, sistem pernafasan,
dan tempat lain yang mudah diserang seperti antena, mata dan tarsi.
Senyawa aktif pachirryzida, dan rotenon
dan rotenoid pada P. erosus, secara umum berfungsi untuk membuat larva P.
xylostella menolak untuk makan, akibatnya kebutuhan nutrisi yang diperlukan
oleh serangga untuk melakukan berbagai fungsi kehidupan tidak terpenuhi,
sehingga serangga akan mati karena kelaparan. Selain itu kondisi larva yang
kekurangan nutrisi karena menolak makan akan menjadi lemah, akan turut
mempercepat kematian ulat. Pachirryzida yang masuk dalam tubuh ulat maka akan
terakumulasi dalam sistem pencernaan ulat, sehingga ulat akan mengalami
kematian.
Rotenon
menyebabkan kegagalan konduksi saraf karena hambatannya terhadap kerja enzim
glutamat oksidase serta daya harnbat rotenone terhadap sistem pernafasan dengan
menghambat transport elektron pada hambat rotenone terhadap sistem pernafasan
dengan menghambat tansport elektron pada rantai respirasi yang akhirnya akan
mengfiambat sintesa ATP sebagai sumber energi.
3.
Target yang
dituju
Target
yang dituju dengan pemberian ekstrak biji bengkuang menurut Faradita et al
(2010) dan Azani (2003) adalah Plutella xylostella dan larva nyamuk Aedes
spp.. Pada Plutella xylostella ekstrak bengkuang menyebabkan mortalitas
dari hama ulat P. xylostella dan terhadap kematian larva nyamuk Aedes
spp..
BAB
III
PENUTUP
Ekstrak
biji bengkuang dapat digunakan sebagai pengganti insektisida dari bahan kimiasi
sintetik yang dapat menyisakan efek samping pada manusia maupun lingkungan. Ekstrak
dari biji bengkuang dapat dimanfaatkan untuk membasmi beberapa hama yang
merusak tanaman yaitu hama ulat Plutella xylostella yang biasanya
menyerang pada tanaman kubis. Selain itu, ekstrak biji bengkuang dapat
menanggulangi tempat perindukan dari larva nyamuk Aedes spp., terutama
tempat yang terlindung dari sinar matahari sehingga dapat memberikan umur
residu yang agak lama.
DAFTAR PUSTAKA
Azani,
Surya. 2003. Pemanfaatan Ekstrak Biji Bengkoang (Pachyrhizus erosus)
Sebagai Larvasida terhadap Larva Nyamuk Aedes spp. Padang: Universitas
Andalas.
Faradita,
Anggina, Hasminar Rachman Fidiastuti, Pratiwi Prananingrum dan Miftahul Jannah.
2010. Efektivitas Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
terhadap Mortalitas Ulat Plutella xylostella pada Tanaman Kubis. Malang:
Universitas Negeri Malang.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=929
[Diakses pada tanggal 28 Juni 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar