What's Your Number? Check This Out

Senin, 22 Juli 2013

Tugas Ku: Potensi Ekstrak Biji bengkuang (Pachyrhizur erosus (L.) Urban) sebagai Pengendali Hayati (Biokontrol)

MAKALAH
POTENSI EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrhizur erosus (L.) Urban) SEBAGAI PENGENDALI HAYATI






Disusun Oleh:
DIANA PUTRI HAPSARI
M0410018


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013







BAB I
PENDAHULUAN

            Masalah hama dan penyakit pada tanaman merupakan kendala besar dalam pertanian. Penanganan dari hama maupun penyakit harus cepat diselesaikan agar tanaman tidak rusak berat dan mengalami kerugian. Terdapat beberapa bahan kimia sintetik sebagai pemberantas hama atau insektisida yang digunakan, namun juga menyebabkan efek samping yang dapat membahayakan lingkungan. Maka dari itu, salah satu alternatif dalam penanggulangan populasi vektor penyakit tersebut adalah penggunaan insektisida organik yang berasal dari tumbuhan, walaupun umur residu sangat pendek karena setelah pemakaian akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
            Bengkuang atau Pachyrhizus erosus merupakan merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber insektisida nabati yang berspektrum luas. Semua bagian tanaman bengkuang kecuali umbi mengandung rotenon. Rotenon ini memiliki sifat insektisida.






BAB II
ISI

  1. Klasifikasi
Kingdom              : Plantae
Sub Kingdom       : Tracheobionta
Super Divisi         : Spermatophyta
Divisi                    : Magnoliophyta
Kelas                    : Magnoliopsida
Sub Kelas             : Rosidae
Ordo                     : Fabales
Famili                   : Fabaceae
Genus                   : Pachyrhizus
Spesies                 : Pachyrhizus erosus (L.) Urban




  1. Deskripsi
Nama daerah dari bengkuang sendiri antara lain singkuwang (Aceh), bangkuwang (Batak, Jawa, Sunda, Kalimantan Selatan), jempiringan (Bali), uwi plisak (Lombok), buri (Bima), uas (Rote), bingkuang (Minang).
Morfologi dari bengkuang antara lain:
1.      Batang: Bengkuang memiliki batang yang merambat dengan panjang 3m – 4m, kadang-kadang lebih panjang, bulat, berambut dan hijau.
2.      Daun: Daunnya tunggal, bentuknya bulat telur atau berbentuk seperti belah ketupat bundar, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, permukaan berbulu panjang 7 – 10 cm, lebar 5 – 9 cm, dan berwarna hijau.
3.      Bunga: Bunga majemuk, bentuk tandan, duduk di ketiak daun terdiri dari 24, tangkai panjang, kelopak berbulu, bentuk lonceng, hijau, kepala putik berbulu, mahkota gundul, bernoda hijau, warna bunga ungu kebiru-biruan.
4.      Polong: Polong dihasilkan bunga, dengan panjang 7 – 14 cm dan lebar l – 2cm, bentuk lancet (seperti ujung tombak), pipih, hijau.
5.      Biji: Biji keras, bentuk ginjal, kuning kotor.
6.      Akar: Akar tunggang dan berumbi. Umbi inilah yang dikenal sebagai buah bengkuang yang dikenal masyarakat.
Tanaman bengkuang merupakan tumbuhan semak, semusim dan membelit. Tumbuh baik di lingkungan lembab panas dan memerlukan musim tanam yang panjang, panas dan bebas bunga es. Tanah lembab bertekstur ringan (tanah yang mudah diolah) dan berdrainase baik, disukai untuk produksi umbi akar berdaging optimum.

  1. Pengendalian Hayati Bengkuang
1.      Kandungan Kimia
Tanaman bengkuang mengandung : saponin, flavonoid dan minyak atsiri. Senyawa lain yang terkandung di dalam biji bengkuang yang mampu mempengaruhi selera makan pada larva antara lain pachirryzida, rotenoid, isoflavonoid dan phenylcoumarine.
a.       Saponin
Senyawa ini terdapat pada daun dan biji bengkuang. Mempunyai sifat menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang dapat menimbulkan busa bila dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuh – tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin juga bekerja sebagai anti mikroba.
b.      Flavonoid
Pada tanaman bengkuang flavonoid juga terdapat pada daun dan bijinya. Dalam tumbuhan tingkat tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid untuk tumbuhan yang mengandungnya antara lain sebagai pigmen bunga yang berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga, untuk pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis dan kerja anti mikroba. Efek flavonoid terhadap bermacam – macam organisme sangat banyak diantaranya sebagai inhibitor yang kuat untuk pernafasan dengan menghambat kerja enzim – enzim pernafasan.
c.       Minyak atsiri
Pada tanaman bengkuang minyak atsiri ini hanya terdapat pada bijinya. Berbagai senyawa atsiri yaitu berbagai alkohol, aldehid, keton dan ester yang mudah menguap terdapat dalam tumbuhan walaupun biasanya hanya sedikit sekali. Senyawa ini walaupun dalam konsentrasi rendah dari segi estetika dan niaga penting karena peran yang diberikannya kepada cita rasa dan bau makanan, bunga, parfum dan sebagainya. Minyak atsiri mengandung galangol, galagin, alpinen, kamfer dan metil sinamat yang dilaporkan mempunyai sifat anti bakteri karena mampu membunuh organisme.
Dari hasil analisa Hansberry et, al. (194l) secara Meijer test dan Goodhe test (520 mμ), ternyata Pachyrhizus erosus mengandung gugus rotenon, eroson dan pachyrrizid. Gugus yang mempunyai sifat insektisida adalah rotenon, yang terdapat dalam polong dan biji matangnya. Secara kimiawi rotenone digolongkan kedalam kelompok flavonoid namun umbi bengkoang bebas dari racun. Wujud dari rotenon dapat berwujud kristal berwarna putih sampai kuning dengan titik lebur 163°C dan detoksifikasi dapat terjadi dalam waktu 2 – 3 hari karena udara dan sinar matahari.



2.      Cara Kerja
Pestisida nabati seperti ekstrak biji bengkuang yang dapat mematikan hama dengan cara seperti berikut:
a.       Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat.
b.      Antifidan, menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit.
c.       Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur.
d.      Racun syaraf, serangga yang teracuni akan mati kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat – alat mulut serta sel – sel syaraf.
e.       Mengacaukan hormon di dalam tubuh serangga.
f.       Attraktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap.
Insektisida bengkuang dapat masuk melalui oral dengan membiarkan larva bergerak dan beraktivitas di atas daun yang telah direndam di dalam ekstrak bengkuang selama 10 menit. Penetrasi (penembusan) kutikula biasanya merupakan jalan kecil yang utama, tetapi suatu insektisida juga masuk melalui mulut, sistem pernafasan, dan tempat lain yang mudah diserang seperti antena, mata dan tarsi.
Senyawa aktif pachirryzida, dan rotenon dan rotenoid pada P. erosus, secara umum berfungsi untuk membuat larva P. xylostella menolak untuk makan, akibatnya kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh serangga untuk melakukan berbagai fungsi kehidupan tidak terpenuhi, sehingga serangga akan mati karena kelaparan. Selain itu kondisi larva yang kekurangan nutrisi karena menolak makan akan menjadi lemah, akan turut mempercepat kematian ulat. Pachirryzida yang masuk dalam tubuh ulat maka akan terakumulasi dalam sistem pencernaan ulat, sehingga ulat akan mengalami kematian.
Rotenon menyebabkan kegagalan konduksi saraf karena hambatannya terhadap kerja enzim glutamat oksidase serta daya harnbat rotenone terhadap sistem pernafasan dengan menghambat transport elektron pada hambat rotenone terhadap sistem pernafasan dengan menghambat tansport elektron pada rantai respirasi yang akhirnya akan mengfiambat sintesa ATP sebagai sumber energi.
3.      Target yang dituju
Target yang dituju dengan pemberian ekstrak biji bengkuang menurut Faradita et al (2010) dan Azani (2003) adalah Plutella xylostella dan larva nyamuk Aedes spp.. Pada Plutella xylostella ekstrak bengkuang menyebabkan mortalitas dari hama ulat P. xylostella dan terhadap kematian larva nyamuk Aedes spp..




BAB III
PENUTUP

            Ekstrak biji bengkuang dapat digunakan sebagai pengganti insektisida dari bahan kimiasi sintetik yang dapat menyisakan efek samping pada manusia maupun lingkungan. Ekstrak dari biji bengkuang dapat dimanfaatkan untuk membasmi beberapa hama yang merusak tanaman yaitu hama ulat Plutella xylostella yang biasanya menyerang pada tanaman kubis. Selain itu, ekstrak biji bengkuang dapat menanggulangi tempat perindukan dari larva nyamuk Aedes spp., terutama tempat yang terlindung dari sinar matahari sehingga dapat memberikan umur residu yang agak lama.





DAFTAR PUSTAKA

Azani, Surya. 2003. Pemanfaatan Ekstrak Biji Bengkoang (Pachyrhizus erosus) Sebagai Larvasida terhadap Larva Nyamuk Aedes spp. Padang: Universitas Andalas.
Faradita, Anggina, Hasminar Rachman Fidiastuti, Pratiwi Prananingrum dan Miftahul Jannah. 2010. Efektivitas Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap Mortalitas Ulat Plutella xylostella pada Tanaman Kubis. Malang: Universitas Negeri Malang.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=929 [Diakses pada tanggal 28 Juni 2013].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar