What's Your Number? Check This Out

Senin, 25 Juni 2012

Tugas Ku: Remediasi UKD I Taksonomi Tumbuhan


Nama   : Diana Putri Hapsari                                                   30 Desember 2011
NIM    : M0410018
Remediasi UKD 1 Taksonomi Tumbuhan
1.      Jelaskan hubungan ilmu taksonomi dengan cabang-cabang ilmu Biologi yang lain!
Hubungan ilmu taksonomi dengan cabang-cabang ilmu Biologi lainnya:
a.       Ilmu Taksonomi merupakan salah satu ilmu yang pertama kali dibangun pada awal peradaban dan mempelopori perkembangan cabang-cabang ilmu Biologi lainnya.
b.      Awal perkembangan ilmu Taksonomi, sebenarnya hampir Biologi disamakan dengan ilmu Taksonomi , karena mengingat bahwa ruang lingkup dari ilmu Taksonomi terbatas pada pencirian dan penamaan pada hewan maupun tumbuhan.
c.       Data yang diperoleh pada cabang-cabang ilmu Biologi lain dapat digunakan untuk Taksonomi, namun ilmu-ilmu lain tidak akan mungkin berkembang dengan bantuan Taksonomi.
d.      Identitas obyek penelitian >> ditentukan lewat pendekatan Taksonomi >> jika meragukan >> nilai suatu penelitian akan merosot
e.       Ilmu Taksonomi merupakan sumber masalah ilmiah yang perlu dipecahkan secara bersama-sama dari berbagai macam segi dan pendekatan melalui cabang ilmu Biologi lainnya.
f.       Ilmu Taksonomi tidak hanya memiliki kepentingan praktis yang selalu diterapkan oleh orang setiap harinya.
2.      Jelaskan prinsip dasar klasifikasi makhluk hidup!
Prinsip dasar klasifikasi makhluk hidup yaitu diperlukannya penggolongan ataupun pengelompokkan makhluk hidup yang didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki untuk dapat mudah mengenali dan mempelajari makhluk hidup yang beraneka ragam. Kegiatan klasifikasi juga didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri-ciri makhluk hidup yang secara genetika bersifat mantap sehingga faktor lingkungan tidak banyak mempengaruhi hasil pengelompokkan tersebut.  Organisme yang memiliki ciri yang sama akan dimasukkan ke dalam takson yang sama, sedangkan organisme yang cirinya berbeda akan dipisahkan dengan organisme yang berlainan. Peletakkan organisme ke dalam suatu taksa diurutkan sesuai jenjang tingkatannya. Penentuannya dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Penentuan tingkat takson bergantung pada besar kecilnya derajad kesamaan ciri yang dimiliki komponen di bawahnya. Jika ciri-ciri tertentu terlihat pada suatu golongan makhluk dalam jumlah besar, maka golongan tersebut diberi peringkat takson yang tinggi (ciri sintesis). Pada golongan-golongan yang besar tadi dapat diketahui kelompok yang lebih kecil yang berbeda satu dengan yang lain berdasarkan adanya ciri yang lebih kecil derajat perbedaan yang ada, maka kelompok ini diberi peringkat yang lebih rendah.
3.      Jelaskan mengapa begitu banyak dijumpai sistem klasifikasi makhluk hidup!
Untuk mengklasifikasikan makhluk hidup menggunakan kriteria atau dasar tertentu, yaitu persamaan ciri atau sifat morfologi, fisiologi dan anatomi yang terdapat pada makhluk hidup. Sistem klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Taksonomi.

4.      Sebutkan dan jelaskan 3 karakteristik nama ilmiah!
a.       Unik: setiap nama ilmiah akan hanya mengacu pada satu macam kelompok organisme saja atau satu nama ilmiah hanya untuk satu takson saja, sehingga tidak akan ada satu nama ilmiah dengan lebih dari satu takson.
b.      Universal: nama ilmiah tersebut dapat dipakai dan dipahami secara luas, serta dapai diinterpretasikan pada organisme yang sama di mana saja.
c.       Stabil: nama-nama ilmiah tidak mudah berubah-ubah sehingga tidak menimbulkan kesulitan dalam pemakaian nama ilmiah tersebut pada waktu dan tempat yang berbeda.
5.      Jelaskan tata cara penulisan nama familia (suku) berdasarkan KITT!
Tata cara penulisan nama familia (suku) berdasarkan KITT:
a.       Nama-nama tumbuhan pada suku maupun  familia ditentukan dari salah satu marga yang dibawahi dan dipilih sebagai tipe tata namanya, dimana tata nama adalah unsur suatu takson yang dikaitkan secara abadi dengan nama yang diberikan kepada takson tersebut
b.      Akhiran diberi akhiran –aceae
c.       Namun ada pula nama taksa yang tidak mengikuti aturan ini (menggunakan akhiran -aceae), tapi tetap dipertahankan dan dipakai
6.      Golongan makhluk hidup mana yang layak dipertimbangkan sebagai nenek moyang tumbuhan daratan? Jelaskan perkembangan evolusioner terbentuknya tumbuhan daratan!
Makhluk hidup yang diperkirakan menjadi nenek moyang tumbuhan daratan adalah green algae atau alga hijau. Peneliti menyebutkan bahwa alga hijau disebut juga dengan Charophyceans sebagai kerabat dekat dari tumbuhan darat. Perkembangan evolusioner terbentuknya tumbuhan daratan adalah:
a.       Cyanobacteria merupakan sel hidup pertama yang mendiami daratan
b.      Setelahnya alga hijau dan jamur (fungi) bersama-sama mendiami daratan pula
c.       Alga hijau dan fungi muncul pada 1 milyar tahun lalu
d.      Alga hijau mengawali untuk semua tumbuhan
e.       Alga fotosintetis mulai memproduksi oksigen sekitar 600 juta tahun yang lalu
f.       Tumbuhan daratan mulai tumbuh sekitar 400 juta tahun yang lalu
g.      Tumbuhan berbiji pertama kali ada pada 350 juta tahun yang lalu, yaitu paku berbiji (punah)


Tugas Ku: Museum Etnobotani Indonesia


MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA
Museum Etnobotani merupakan tempat dimana hal-hal maupun barang-barang yang mencangkup tentang ilmu yang mempelajari hubungan antara tumbuhan-tumbuhan yang dimanfaatkan oleh suku atau bangsa tertentu atau penduduk asli untuk kepentingan hidup sehari-hari.
  1. Sejarah Singkat Museum Etnobotani Indonesia
Gagasan untuk membangun Museum Etnobotani Indonesia pertama kali dicetuskan oleh Prof. Sarwono Prawijohardjo, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) yang sekarang telah berganti nama menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bertepatan pula dengan peletakan batu pertama pada pembangunan Herbarium Bogoriense pada tahun 1962. Kemudian tetapan tersebut dimantapkan kembali oleh Dr. Setiaji Sastrapraja yang saat itu menjabat sebagai Direktur Lembaga Biologi Nasional (LBN) pada tahun 1975 dengan mengadakan pertemuan dengan para ahli ilmu sosial, kemasyarakatan dan antropologi serta pakar-pakar botani. Setelah artefak dikumpulkan di daeerah Indonesia, selanjutnya Museum Etnobotani diresmikan oleh Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie pada tanggal 18 Mei 1982 yang bertepatan pula dengan hari jadi Kebun Raya Indonesia di Bogor yang ke-165.
            Lokasi dari Museum Etnobotani Indonesia sendiri sangat strategis karena berada di tengah kota Bogor dan sangat berdekatan sekali dengan Kebun Raya Indonesia. Sampai sekarang Museum Etnobotani Indonesia masih dikelola oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.

  1. Tugas dan Fungsi Museum Etnobotani Indonesia
Tugas dan fungsinya antara lain:
a.       Melestarikan kekayaan pemanfaatan tumbuhan oleh suku bangsa atau penduduk asli di Indonesia
b.      Sebagai sarana informasi sekitar ruang lingkup Etnobotani

  1. Pembahasan Diorama “Alat Musik”
Di dalam Museum Etnobotani Indonesia terdapat beberapa diorama-diorama yang isinya terdapat barang-barang maupun kebudayaan dari suku bangsa Indonesia yang memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan utamanya. Salah satu diorama yang akan dibahas pada laporan kali ini adalah tentang ‘alat musik’. Daftar alat musik yang terdapat di dalam Museum Etnobotani Indonesia tersebut antara lain:
a.       Gambang
Bahan utama: Bambu hitam (Gigantochloa atter)
Merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Terdiri dari 18 bilah bambu yang dimainkan dengan cara dipukul.
b.      Gendang Maturuk
Bahan utama: kayu paula dan rotan
Merupakan aat musik yang biasanya digunakan pada upacara penyembuhan penyakit sikere (dukun), biasanya tersebar di Siberut, Mentawai, Sumatra Barat.
c.       Gambang Kayu
Bahan utama: kayu merawan dan ijuk
Merupakan alat musik tradisional dari Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
d.      Calung
Bahan utama: bambu hitam
Merupakan alat musik dari Bandung, Jawa Barat. Calung merupakan prototipe dari angklung. Namun berbeda dengan angklung, jika angklung dibunyikan dengan cara digoyang, tetapi calung dibunyikan dengan cara memukul batang (wilahan/bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada).
e.       Celempung
Bahan utama: bambu hitam
Merupakan alat musik tradisional dari Bandung, Jawa Barat. Celempung merupakan alat petik dalam ensambel gamelan Jawa, berupa siter yaitu alat dawai yang dawai-dawainya membentang sepanjang badannya, tidak berleher seperti gitar.
f.       Tifa
Bahan utama: kayu Rhozopora dan kulit buaya
Merupakan alat musik tradisional dari Irian Jaya.
g.      Ketambung
Bahan utama: kayu tamblion
Merupakan alat musik dari Kahaya, Kalimantan Tengah.
h.      Santu
Bahan utama: kayu hitam (Diospyros sp) dan tempurung kelapa (Cocos nucifera)
Merupakan alat musik tradisional dari Morowali, Poso, Sulawesi Tengah.
i.        Sasapi
Bahan utama: bambu
Merupakan alat musik dari Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
j.        Biola
Bahan utama: waru (Hibiscus tiliaceus) dan Lagenaria sp
Merupakan alat musik tradisional dari Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
k.      Kecapi
Bahan utama: kayu
Merupakan alat musik dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
l.        Kecapi
Bahan utama: kayu Jelantung
Merupakan alat musik dari Kapuas, Kalimantan Tengah.
m.    Biola
Bahan utama: kayu Dadap (Erathrina sp)
Merupakan alat musik tradisional dari Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Tugas Ku: Makalah Salvinia natans (Taksonomi Tumbuhan)


MAKALAH
Salvinia natans
TAKSONOMI TUMBUHAN

 








Oleh:
Diana Putri Hapsari
M0410018





JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011




BAB I
PENDAHULUAN

            Salvinia natans umumnya dikenal pakis yang dapat hidup tahunan yang mengambang di air yang sepintas mirip dengan lumut. Salvinia, merupakan sebuah genus dalam Famili Salviniaceae , pakis yang mengambang ini diberi nama dari Antonio Maria Salvini yang merupakan seorang ilmuwan dari Italia pada abad ke-17 untuk memberikan suatu penghormatan kepadanya. Genus ini diterbitkan oleh Séguier , di Pl. Veron.  3: 52, 1754. Salvinia natans merupakan tanaman yang heterosporous, yang memproduksi spora dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Bentuk dari Salvinia natans bagian sisi atas daunnya mengambang, bagian yang muncul menghadap sumbu batang yang merupakan morfologi abaksial. Daunnya berkarang, jadi dalam 1 ruas terdapat 3 daun sekaligus. 2 daun merupakan daun yang dapat dilihat mengambang yang berfungsi untuk mengambang, sedangkan 1 daun terakhir tenggelam ke dalam air. Tidak mempunyai akar, namun daun yang tenggelam itulah yeng menggantikan fungsi akar dengan dilengkapi adanya seperti rambut-rambut tersebut. Daun yang terendam dikelilingi oleh membran indusia basifixed (sporokarp). Sporokarp terdiri dari 2 jenis, megasporangia yang jumlahnya sedikit dan mikrospora dengan jumlah yang banyak.  Megagametofit dan mikrogametofit menonjol melalui dinding sporangium. Megagametofit mengambang di permukaan air dengan arkegonia mengarahkan ke bawah, mikrogametofit di dinding sporangium. Mikrogametofit kecil mirip rambut yang tumbuh, yang dikenal sebagai folikel mikrogametikal, belum diketahui memiliki fungsi produktif, dan saat ini masih menjadi misteri biologis. (Anonim1, 2009)
Gambaran secara umun dari Salvinia natans ini adalah sebuah kompleks yang terkait erat dengan pakis air abadi yang mengambang yang sulit untuk membedakan satu genus dari Salvinia. Sering ditanam sebagai tanaman hias air, namun telah lolos budidaya dan menjadi berbahaya di berbagai daerah di seluruh dunia. Tergantung pada kondisi lingkungan, tanaman menunjukkan berbagai bentuk pertumbuhan, dari bentuk menyerang primer dengan daun flat kecil dengan bentuk tersier atau tikar yang besar, banyak, daun dilipat. Dalam kondisi yang menguntungkan tanaman dapat membentuk tikar padat lebih dari ½ m (2 kaki) tebal. Mats dapat membatasi kegiatan rekreasi di danau dan air, meningkatkan banjir dan stagnasi, menggusur tanaman asli dan hewan, dan kualitas air menurun. Di mana itu bisa dikelola dengan hati-hati, Salvinia telah digunakan untuk menghilangkan kelebihan gizi dan polutan lainnya dari air. Diperkenalkan pertama kali dari daerah tropis Amerika Selatan. Salah satu dari genus Salvinia, yaitu Salvinia weevil (Cyrtobagus salvinae) telah berhasil digunakan sebagai agen biokontrol di Afrika dan Australia. Weevil telah memperkenalkan tanaman ini ke Amerika Serikat Selatan. (Anonim3,2008)
Bentuk tanaman dewasa: Batangnya horisontal tepat di bawah permukaan air, kadang-kadang bercabang. Daun 3-whorled, dengan 2 mengambang, 1 terendam. Mengambang di atas permukaan air dan permukaan daun tertutup bulu kedap air berukuran sekitar 2-4 mm yang menyimpang menjadi 4 cabang di dekat bagian atas. Daun mengambang dari bentuk utama yang datar, bentuk oval dengan sedikit basa lobed untuk obovate dengan basis berbentuk baji berukuran sekitar 8-15 mm. Daun mengambang dari bentuk tersier yang padat banyak, 2-lobed di ujung lebarnya sekitar 25-60 mm ketika dilipat, biasanya lebih luas daripada yang lama. Daun mengambang dari bentuk sekunder adalah menengah ke bentuk primer dan tersier. Daun terendam adalah akar-seperti, keputihan, halus membedah beberapa menjadi filamen sampai 2 cm dengan rambut seperti proyeksi di sepanjang panjang. Kemungkinan fungsi dari daun yang tenggelam adalah sebagai pelindung sporokarp dan stabilisator untuk mencegah atau mengurangi kemungkinannya terbawa arus air. (Anonim4,2011)






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Taksonomi Salvinia natans
Hierarki klasifikasi dari Salvinia natans adalah
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Pteridophyta
Class                : Pteridopsida
Ordo                : Salviniales
Famili              : Salviniaceae
Genus              : Salvinia
Spesies            : Salvinia natans (Anonim1,2009)

Spesies-spesie lain yang merupakan genus yang sama dengan Salvinia natans antara lain Salvinia auriculata, Salvinia biloba, Salvinia cucullata, Salvinia cyathiformis, Salvinia hastate, Salvinia herzogii, Salvinia minima, Salvinia molesta, Salvinia natans, Salvinia nymphellula, Salvinia oblongifolia, Salvinia radula, Salvinia rotundifolia, Salvinia spruce. (Anonim3,2008)

B.     Morfologi Salvinia natans
Tinggi                   : 1 cm - 3 cm
 Lebar                   : 5 cm - 10 cm
 Suhu                    : 12-30 ° C
 pH                       :  5,5-8 
 Jenis                    : Fern atau Paku
 Zona                    : 10 sampai 11
 Rentang asli        : Eropa Selatan, Afrika Utara, Asia
 Penyebaran          : 0,25-1 kaki
 Bunga                  : tidak berbunga
 Penyinaran          : teduh
 Habitat                : Basah
 Pemeliharaan       : Menengah
 Penggunaan        : Taman Hujan, Cocok sebagai Tahunan, Tanaman Air (Anonim5, 2006)

Bentuk daunnya kecil, mengambang di air dengan batang merayap yang disebut stolon, bercabang, rambut bantalan tetapi tidak ada akar yang sesungguhnya.  Daun di ruas berjumlah 3, dengan 2 daun hijau, sessile atau pendek-petioled, datar, dan mengambang. 1 daun halus tenggelam, petiolate, seperti akar, dan independen.  Terendam daun bantalan sori yang dikelilingi oleh membran indusia basifixed (sporokarp). Sporokarp terdiri dari 2 jenis, baik bantalan megasporangia yang sedikit jumlahnya (10 ca.), masing-masing dengan megaspora tunggal dan  mikrosporangia, masing-masing dengan 64 mikrospora. Spora dari 2 jenis itu bentuknya bulat.  Megagametofit dan mikrogametofit menonjol melalui dinding sporangium. Megagametophytes mengambang di permukaan air dengan arkegonia diarahkan ke bawah. Mikrogametofit tetap terdapat di dinding sporangium.  Mikrogametofit kecil mirip rambut, yang dikenal sebagai folikel mikrogametikal, belum diketahui memiliki fungsi produktif. (Anonim6, 2007)
Setiap S. natans memiliki dua nikel daun yang berbaring secara datar menghadap permukaan air, dan daun ketiga selalu terendam dan berfungsi sebagai akar.  Flotasi ini dimungkinkan oleh kantung udara di dalam daun.  Kutikula papila berfugsi agar daun tidak cepat basah jadi tidak mudah busuk, kutikula papila terdapat pada permukaan daun. (Anonim2,2009)

C.     Perkembangan Megasporangium dan Mikrosporangium
  1. Megasporangium
Di dalam megasporangium mula-mula terdapat 8 sel induk spora, kemudian membentuk 32 megaspora, namun dari semua jumlah tersebut hanya ada satu yang eksis. Selama perkembangan megaspora plasma sel melepaskan diri dari sel tapetum dan dari spora-spora lain yang telah mengalami degenerasi, sehingga terbentuk jaringan terdiri dari banyak rongga-rongga yang dinamakan perisporium atau episporium. Jaringan perisporium di ujung spora lebih tebal. Pada bagian ujung terdapat celah yang berhubungan dengan ruangan bercabang 3. (Suratman, 2011)
  1. Mikrosporangium
Di dalam mikrosporangium terdapat 16 sel induk spora, sehingga akan terbentuk 64 spora yang semuanya akan masak. Pada saat itu, plasma sel mengental dan membentuk masa bulat yang disebut masula. (Suratman, 2011)

D.    Perkembangan Gametofit
Mikrospora berkecambah menumbuhkan mikro-protalium (mikrogametofit) berbentuk buluh pendek, terdiri dari beberapa sel dan mempunyai 2 anteridium yang masing-masing menghasil;kan 4 spermatozoid. Gametofit ini sangat sederhana dan berkembang di dalam sporangium. Dinding sporangium tidak membuka, tetapi di suatu tempat ditembus oleh mikroprotalium sehingga spermatozoid dapat bergerak bebas. Sedangkan makrospora tetap di selubungi sporangium, keduanya terlepas dari tumbuhan induk dan berenang pada permukaan air. Makrospora berkecambah membentukmakroprotalium pada ujungnya. Makroprotalium memiliki beberapa arkegonium, tetapi hanya salah satu telur yang dibuahi dalam arkegonium dan mampu berkembang menjadi embrio. (Suratman, 2011)

E.     Kegunaan Salvinia natans
      S. Natans menutupi bagian permukaan air sehingga ini sangat membantu untuk ikan air tawar dalam menyediakan tempat persembunyian yang aman untuk berkembang biak. Salvinia natans dapat mencakup seluruh kolam atau danau tanpa kompetisi ekologi dan makanan spesies tanaman lainnya.  S. natans umumnya digunakan dalam akuarium sebagai tanaman hias mengambang. Salvinia telah digunakan untuk menghilangkan kelebihan gizi dan polutan lainnya dari air. (Anonim5, 2006)

F.      Dampak Nigatif dari Salvinia natans
 Tumbuhan ini dapat mengganggu fotosintesis tanaman bawah air dan megganggu pertumbuhan dari alga yang terdapat dalam kolam tersebut. Mats dapat membatasi kegiatan rekreasi di danau dan air, meningkatkan banjir dan stagnasi, menggusur tanaman asli dan hewan, dan kualitas air menurun. (Anonim5,2006)

G.    Distribusi Salvinia natans
Distribusi asli dari S. natens adalah Afrika untuk Aljazair , Mesir , Libya , Maroko , dan Tunisia , di Asia untuk Afghanistan , Azerbaijan , Cina (di provinsi-provinsi Monggol , Ningxia , Qinghai , Shaanxi , Shandong , Shanghai , Shanxi , Sichuan , Tianjin , Xinjiang , Xizang , Yunnan , dan Zhejiang ), Siprus , India (di Jammu dan Kashmir ), Indonesia (di Jawa ), Iran , Irak , Israel , jordan , Kazakhstan , Lebanon , barat laut Pakistan , di Federasi Rusia (dalam Ciscaucasia dan Siberia Barat , Amur dan Primorye ), Jepang (di Honshu , barat Kyushu , dan Shikoku prefektur), Korea , Arab Saudi , Suriah , Taiwan , Thailand , Turki , Uzbekistan , dan di Eropa untuk Belarus , Belgia , Bulgaria , negara-negara dalam  Eropa bagian selatan dari Federasi Rusia, Spanyol , Ukraina , dan negara-negara dalam bekas Yugoslavia . (Anonim1, 2009)





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

1.        Salvinia natans merupakan salah satu kelas Pterophyta atau paku yang mengambang di permukaan air atau hidup di aquatik.
2.        Habitus Salvinia natans adalah mengambang di permukaan air dengan menggunakan 2 daun yang mengambang dan 1 daun tenggelam yang berfungsi seperti akar dan melindungi sporokarp, tingginya sekitar 1-3 cm, lebar 5-10 cm, tidak berbunga, daun langsung menempel pada batang atau yang disebut stolon pada tanaman ini .
3.        Manfaat dari Salvinia natans antara lain menyediakan tempat ikan air tawar untuk persembunyian sehingga aman untuk perkembang biakan, digunakan sebagai tanaman hias pada aquarium, dan untuk menghilangkan kelebihan gizi dan polutann lainnya dari air.
4.        Dampak negatif dari Salvinia natans antara lain dapat mengganggu fotosintesis tanaman bawah air dan alga, membatasi kegiatan rekreasi di kolam, meningkatkan banjir, meningkatkan stagnasi, menggusur tanaman asli dan hewan serta menurunnya kualitas air.




DAFTAR PUSTAKA

Suratman. 2011. Petunjuk Praktikum Taksonomi Tumbuhan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS: Surakarta
Anonim1. 2009. http://en.wikipedia.org/  [6 November 2011]
Anonim2. 2009. http://www.tropica.com/  [6 November 2011]
Anonim3. 2008.http://www.birstall.co.uk/  [6 November 2011]
Anonim4 . 2011. http://www.hear.org/  [6 November 2011]
Anonim5. 2006.http://www.cdfa.ca.gov/  [6 November 2011]
Anonim6. 2007.http://www.plantedtanks.co.uk/  [6 November 2011]

Minggu, 24 Juni 2012

Tugas Ku: Media Pertumbuhan Mikroba (Mikrobiologi)


TUGAS MIKROBIOLOGI

MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA










Oleh:
Nama             : Diana Putri Hapsari
NIM                : M0410018
Hari, Tanggal : Senin, 19 September 2011
Dosen            : Tjahjadi Purwoko




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan atau nutrisi yag diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media yang berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.  Media dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
  1. Media Minimal : media minimalis untuk pertumbuhan mikroba
  2. Media Kompleks: media dengan senyawa penyusun tidak diketahui pasti karena kekompleksannya
  3. Media Diferensial: media untuk membedakan 2 mikroba, jadi keduanya tidak terbunuh. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasarkan karakter khusus yang ditunjukkan pada media diferensial.
  4. Media Selektif: media untuk menyeleksi mikroba, sehingga salah satu jenis mikroba akan terbunuh. Terbunuhnya salah satu mikroba dikarenakan dalam media tersebut selain nutrisi juga ditambahkan suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
  5. Media Sintetik Terdefinisi: media dengan senyawa penyusun yang diketahui pasti.
  6. Media Kaya & Diperkaya: media dengan komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media kaya dan diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks.

Dari semua media yang terdapat di atas, media yang penting diketahui komposisi dan fungsinya adalah Media Selektif, Media Sintetik Terdefinisi, dan Media Kaya dan Diperkaya. Macam contoh media dari klasifikasi media di atas yang menjabarkan komposisi serta fungsinya antara lain:
  1. Salmonella Shigella (SS) Agar
Merupakan media selektif yang digunakan untuk mengisolasi Enterobacteriaceae patogen khususnya Salmonella spp. dan Shigella spp. dari makanan, alat-alat kesehatan lain dan bahan percobaan klinik. Komposisi dari Salmonella Shigella (SS) Agar ini antara lain:
a.    8,5 gram Bile salt atau garam bile
b.    0,33 gram Brilliant green
c.    5 gram Beef extract
d.    2,5 gram Pancreatic Digest of Casein
e.    2,5 gram Peptic Digest of Animal Tissue
f.     10 gram Lactose
g.    8,5 gram Sodium Citrate
h.    8,5 gram Sodium Thiosulfate
i.      1 gram Ferric Citrate
j.      0,025 gram Neutral Red
k.    13,5 gram Agar

  1. PDA (Potato Dextrose Agar)
Merupakan media komplek dan media diferensiasi untuk pertumbuhan jamur dan yeast sehingga sering digunakan sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur dan yeast dengan menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat dan dihitung (Fardiaz, 1993). Selain itu PDA (Potato Dextrose Agar) juga digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang serta khamir pada bahan makanan dan bahan lainnya. Komposisi medianya adalah:
a.    20% Kentang
b.    Agar
c.    1 liter Aquades
d.    2% Peptone

  1. VRBA (Violet Red Bile Agar)
Merupakan media untuk menghitung jumlah bakteri gram negatif dengan menambahkan komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif kedalam medium. Dengan menambahkan bile salt maka VRB digunakan untuk menyeleksi anggota dari famili Enterobacteriaceae (Fardiaz, 1993). Komposisinya antara lain:
a.    3 gram Ekstrak yeast
b.    1 gram Pepton
c.    9 gram NaCl
d.    1,5 gram Bile Salt
e.    10 gram Laktosa
f.     0,03 gram Neutral Red
g.    0,002 gram Violet Kristal
h.    12 gram Bacteriocal Agar

Mekanisme kerjanya yaitu dengan violet kristal dan bile salt dapat menghambat pertumbuhan primer dari bakteri gram positif. Degradasi laktosa menjadi asam diindikasikan oleh pH indikator neutral red yang mengubah warna menjadi merah dan mengendapkan asam bile.

4.    Strach Agar (SA)
Merupakan media sintetik terdefinisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme amilolitik dimana terdiri dari pati 1%. Pati yang ada pada media SA dipecah oleh amylase yang ditandai dengan warna yaitu coklat jika hidrolisis pati tidak berlangsung sempurna, sedangkan warna kuning atau transparan jika berlangsung dengan sempurna dan warna biru jika tidak memecah pati (Winarto, 2002). Komposisinya yaitu:
a.    0,5 gram KNO3
b.    1 gram K2HPO4
c.    0,2 gram MgSO4.7H2O
d.    0,1 gram CaCl2
e.    FeCl2
f.     10 gram Pati Kentang

  1. Skim Milk Agar
Merupakan media yang terdiri dari PCA steril dan susu skim. Susu skim digunakan sebagi sumber substrat. Susu skim merupakan susu yang mengandung protein tinggi sekitar 3,7% dan lemak sekitar 0,1% (Jay, 1991). Susu skim mengandung kasein yang dapat dipecah oleh mikroorganisme proteolitik menjadi senyawa nitrogen terlarut sehingga pada koloni dikelilingi area bening, sehingga kejadian tersebut menunjukkan bahwa mikroba tersebut mempunyai aktivitas proteolitik (Fardiaz, 1992). Komposisi dari media skim milk agar adalah:
a.    5 gram Kasein
b.    2,5 gram Ekstrak yeast
c.    1 gram Skim milk agar
d.    1 gram Glukosa
e.    10,5 gram Agar
  1. MacConkey Agar
Merupakan media selektif dan diferensial yang mempunyai keistimewaan memilah bakteri enteric gram negatif dari campuran bakteri yang memfermentasikan laktosa, karena dalam MacConkey agar ini terdapat laktosa, crystal violet dan neutral red bile salt. Sehingga media ini dapat membedakan bakteri yang memfermentasi laktosa berupa koloni berwarna merah muda dan nonfermentasi yang tidak berwarna. Media ini bisa disimpan dengan suhu antara +15°C hingga +25°C dan pH 6,9 sampai 7,4. Komposisi dari media macConkey agar antara lain:
a.    17 gram/L Pancreatic Digest of Gelatin
b.    10/L Lactose
c.    13,5/L Agar
d.    1,5/L Pancreatic Digest of Casein
e.    1/L Crystal Violet
f.     1,5/L Peptic Digest of Animal Tissue
g.    5/L Sodium Chloride
h.    30 mg/L Neutral Red
i.      1,5/L Bile Salt Mixture

  1. Eosin Methylene Blue
Merupakan media selektif dan diferensial, media ini tidak boleh digunakan jika ada tanda-tanda kontaminasi, kemerosotan yang dapat berupa menyusut, retak, atau perubahan warna serta jika sudah masuk kadaluarsanya. Fungsi dari media ini yaitu dapat menentukan jenis bakteri E.coli dengan mendapatkan hasil positif dalam tabung saat penelitian. Media Eosin Methylene Blue dapat disimpan pada suhu +15°C hingga +25°C dengan pH kisaran 7,0 sampai 7,2. Komposisi dari media ini adalah:
a.    Metilen blue
b.    Eosin
c.    Karbohidrat Laktosa

  1. Media Thiosulfat Citrate Bile Salt Sucrose Agar (TCBSA)
Media ini digunakan untuk menumbuhkan jenis bakteri Vibrio sp. Contoh-contoh bakteri yang dapat tumbuh dalam media TCBSA serta ciri khas bakterinya antara lain, Vibrio cholerae (koloni bewarna kuning), Vibrio parahaemolticus (koloni bewarna hijau dengan pusat biru), Vibrio mimicus dan Vibrio damsela (koloni bewarna hijau), Vibrio vulnificus (hijau: 85% atau kuning: 15%), Vibrio hollisae (hijau). Komposisi dari media ini berupa:


  1. Na + 1% Margarin
Merupakan media selektif, media ini dpat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba lipolitik. Media yang ditambah dengan Na, 1% margarine (lemak) dan indikator sebagai substrat yang dirombak oleh mikroba lipolitik sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserol. Indikator yang digunakan yaitu indikator phenol red, yang mana indikator ini akan menunjukkan perubahan warna merah menjadi kuning dalam suasana asam dengan kisaran pH 6,9 dan akan berubah menjadi warna biru jika ber-pH 8,5 (Ferdiaz, 1992). Komposisi dari media ini adalah:
a.    5 gram Peptone
b.    3 gram beef ekstrak
c.    10 gram agar
d.    1 liter aquades

  1. Nutrient  Agar
Media Nutrient Agar ini mengandung banyak sumber nitrogen dengan jumlah yang cukup. Media ini dapat digunakan sebagai uji air dan produk dairy. Selain itu juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroba yang tidak selektif, atau kata lain berupa mikroorganisme heterotrof  serta digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sample pada uji bakteri dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.di dalam Nutrient Agar tidak mengandung sumber karbohidrat sehingga baik digunakan untuk pertumbuhan bakteri, namun kapang tidak dapat tumbuh dengan baik. Komposisi dari nutrient agar adalah:
a.    0,3% ekstrak daging sapi
b.    0,5% peptone
c.    5 gram NaCl
d.    1 liter air destilat
e.    15 gram/L Agar

11.  Plate Count Agar (PCA)
PCA dapat mengisolasi organisme dalam susu dan diary product lainnya. Tryptone menyediakan substansi asam amino dan nitrogen kompleks yang lain, sedangkan yeast ekstrak menyuplai vitamin B kompleks. Mikroorganisme yang tumbuh yaitu E. Coli, B. subtilis, L. lactis, Lysteria monocytogenes, S. Aureus, S. Agalatus, dan L. achidophilus. Komposisi dari media plate Count Agar (PCA) antara lain:
a.    Tryptone
b.    Dekstrose
c.    Agar
d.    Yeast Ekstract

12.  VRB (Violet Red Bile) Agar
Merupakan media selektif atau penghambat, aplikasinya dalam enumerasi bakteri coliforms di dalam produk susu. Komposisi media VRB Agar adalah:
a.    5 gram/L Sodium Chloride
b.    7 gram/L Peptone
c.    10 gram/L Lactose
d.    3 gram/L Yeast Extract
e.    15 gram/L Agar
f.     0,003 gram/L Neutral Red
g.    1,5 gram/L Bile Salts No. 3
h.    2 mg/L Crystal Violet

13.  APDA
Media ini berguna guna menumbuhkan dan menghitung jumlah dari khamir beserta yeast dalam suatu sample. Komposisi dari media APDA ini adalah:
a.    Asam tartarat
b.    Kentang
c.    Agar
d.    Air
e.    Glukosa
Yeast dan khamir akan tumbuh dengan baik jika dengan media yang sesuai.

14.  Lactose Broth (LB)
Media ini digunakan untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu. Selain itu juga sebagai kaldu pemerkaya atau pre-enrichment broth untuk Salmonellae serta dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Komposisi dari media Lactose Broth ini antara lain:
a.    0,3% ekstrak beef
b.    0,5% peptone
c.    0,5% laktosa
Dalam media ini peptone dan ekstrak beef menyuplai nutrien esensial untuk melakukan metabolisme dari bakteri. Sedangkan laktosa digunakan untuk penyedia sumber karbohidrat yang dapat difermentasikan untuk orgaisme koliform. Pertumbuhan mikroba dengan membentuk gas merupakan presumtive test untuk koliform.

15.  MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
MRSA merupakan media yang dapat memperkaya, menumbuhkan dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. Komposisi yang dikandung di dalam media MRSA ini adalah:
a.    10 gram/L protein dari kasein
b.    8 gram/L ekstrak daging
c.    4 gram/L ekstrak ragi
d.    14 gram/L agar
e.    0,2 gram/L magnesium sulfat
f.     5 gram/L natrium asetat
g.    20 gram/L D (+) glukosa
h.    0,004 gram/L mangan sulfat
i.      1 gram/L tween80
j.      2 gram/L dipotassium hidrogen phosphate
k.    2 gram/L diamonium hidrogen sitrat
MRSA terdapat polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk bekerja sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus. MRSA merupakan media yang diperkaya dan tidak selektif sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta bakteri yang lainnya dapat tumbuh.

16.  Trypticase Soy Broth (TSB)
Merupakan media yang diperkaya, fungsinya antara lain untuk isolasi dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Namun media ini banyak digunakan untuk mengisolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Komposisi dari Trypticase Soy Broth yaitu:
a.    3 gram peptone soymeal
b.    5 gram sodium chloride
c.    17 gram peptone casein
d.    2,5 gram dipottasium hydrogenophosphate
e.    2,5 gram D (+) glukosa
f.     Dikalium fosfat
Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dextrosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagai buffer untuk mempertahankan pH.

17.  Nutrient Broth (NB)
Merupakan media selektif yang digunakan oleh mikroorganisme yang berbentuk cair. Namun sebenarnya nutient broth ini intinya sama saja dengan nutrient agar. Komposisi dari nutrient broth antara lain:
a.    5 gram pepton
b.    1,85 L air destilasi atau aquades
c.    3 gram ekstrak daging

18.  PGYA
Media ini merupakan media yang minimalis dan selektif dan berguna untuk isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir. Komposisi yang terkandung dalam media PGYA ini adalah:
a.    Dextrosa
b.    0,5 gram CaCO3
c.    Aquades

19.  TEA (Tauge Ekstrak Agar)
Komposisi dari media TEA adalah:
a.    100 gram Bean sprouts atau tauge
b.    60 gram sukrosa
c.    15 gram agar
d.    1 liter aquades

20.  GDP (Dekstrak Potato Broth)
Kandungan yang dimiliki dari media PDB ini yaitu:
a.    4 gram kentang
b.    20 gram glukosa
c.    1 liter aquades

21.  BBLTM TrypticaseTM Soy Agar with Lecithin and Polysorbate 80
Media ini merupakan salah satu media selektif dan diferensial yang mempunyai aplikasi sebagai pendeteksi serta enumerasi mikroorganisme kepentingan kebersihan. Komposisi dari media ini adalah:
a.    0,7 gram/L Lecithin
b.    15 gram/L agar
c.    5 gram/L papaic digest of soybean meal
d.    5 gram/L polysorbate
e.    15 gram/L pancreatic digest of casein
f.     5 gram/L sodium chloride

22.  DifcoTM Tryptic Soy Agar with Lecithin and Polysorbate 80 (Microbial Content Test Agar)
Merupakan jenis media yang selektif dan diferensial. Berfungsi sama seperti BBLTM TrypticaseTM Soy Agar with Lecithin and Polysorbate 80 yaitu dalam pendeteksian serta enumerasi mikroba demi kepentingan kebersihan. Komposisi medianya berupa:
a.    5 gram/L soy pepton
b.    15 gram/L pancreatic digest of casein
c.    0,7 gram/L lecithin
d.    5 gram/L sodium chloride
e.    15 gram/L agar
f.     5 gram/L polysorbate 80

23.  BBL™ Trypticase™ Soy Agar
Merupakan media selektif yang dapat mengisolasi dan mengkultivasi mikroorganisme yang kritis serta non kritis. Komposisi media ini adalah:
a.    15 gram/L agar
b.    15 gram/L pancreatic digest of casein
c.    5 gram/L sodium chloride
d.    5 gram/L papaic digest of soybean meal

24.  Difco™ Thermoacidurans Agar
Merupakan media selektif dengan aplikasi dapat mengisolasi dan mengkultivasikan Bacillus coagulans (Bacillus thermoacidurans) dari makanan. Komposisi dari media ini adalah:
a.    20 gram/L agar
b.    5 gram/L dextrose
c.    5 gram/L yeast extract
d.    4 gram/L dipotassium phosphate
e.    5 gram/L proteose peptone

25.  Difco™ Tryptic Soy Agar
Merupakan media diferensial yang mampu mengisolasi dan mengkultivasi mikroba yang kritis maupun yang non kritis seperti BBL™ Trypticase™ Soy Agar. Komposisi dari media ini yaitu:
a.    15 gram/L agar
b.    5 gram/L enzymatic digest of soybean meal
c.    15 gram/L pancreatic digest of casein
d.    5 gram/L sodium chloride

26.  Thayer-Martin Selective Agar
Merupakan media selektif yang berfungsi untuk isolasi patogen Neisseria dari spesimen campuran yang berasal dari tanaman, bakteri, dan fungi. Komposisi dari media ini antara lain adalah:
a.    20 gram/L agar
b.    Trimethoprim
c.    Chocolate II agar dengan vancomycin, colistin, dan nystatin
d.    1,5 gram/L dextrose

27.  BBL™ Seven H11 Agar Base
Merupakan media selektif dengan apikasinya sebagai prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan non klinis. Komposisinya yaitu:
a.    0.5 g/900 mL Monosodium Glutamate
b.    0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
c.    13.5 g/900 mL Agar 
d.    0.5 mg/900 mL Calcium Chloride
e.    1.0 g/900 mL Pancreatic Digst of Casein
f.     0.5 mg/900 mL Biotin 
g.    1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate 
h.    1.0 mg/900 mL Zinc Sulfate
i.      0.4 g/900 mL Sodium Citrate
j.      0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate 
k.    0.25 mg/900 mL Malachite Green
l.      0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate 
m.   1.0 mg/900 mL Pyridoxine 
n.    1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
o.    1.0 mg/900 mL Copper Sulfate

28.  Difco™ Tetrathionate Broth Base
Merupakan media selektif dan diperkaya yang dapat mengisolasi Salmonella dari feses, urine dan makanan. Komposisi medianya yaitu:
a.    1.0 g/L Oxgall 
b.    10 g/L Calcium Carbonate
c.    2.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
d.    2.5 g/L Proteose Peptone 
e.    30.0 g/L Sodium Thiosulfate 

29.  Difco™ Muller Kauffmann Tetrathionate Broth Base
Merupakan median diperkaya yang berguna untuk memperkaya Salmonella dari air dan bahan makanan. Komposisinya adalah:
a.    38.1 g/L Sodium Thiosulfate (anhydrous) 
b.    3.0 g/L Sodium Chloride 
c.    5.0 g/L Beef Extract 
d.    45.0 g/L Calcium Carbonate
e.    4.7 g/L Oxgall
f.     10.0 g/L Peptone 

30.  Difco™ Mycobacteria 7H11 Agar
Merupakan media selektif yang berupa prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klini dan non klinis. Komposisinya adalah:
a.    0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate 
b.    1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate 
c.    0.5 mg/900 mL Biotin 
d.    0.4 g/900 mL Sodium Citrate 
e.    15.0 g/900 mL Agar 
f.     0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate 
g.    1 g/900 mL Pancreatic Digest of Casein 
h.    0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate 
i.      1.0 mg/900 mL Pyridoxine 
j.      0.5 g/900 mL L-Glutamic Acid 
k.    1.0 mg/900 mL Malachite Green 
l.      1.5 g/900 mL Disodium Phosphate

31.  Difco™ MR-VP Medium
Merupakan media  diferensial yang dapat membedakan bakteri dengan cara pemberian metil merah dan pereaksi Voges-Proskauer. Komposisinya antara lain:
a.    5.0 g/L Dextrose 
b.    7.0 g/L Buffered Peptone 
c.    5.0 g/L Dipotassium Phosphate
32.  BBL™ MR-VP Broth
Merupakan media diferensial, fungsinya sama saja dengan Difco™ MR-VP Medium. Yang mana komposisinya adalah:
a.    3.5 g/L Peptic Digest of Animal Tissue 
b.    5.0 g /L Dextrose 
c.    3.5 g/L Pancreatic Digest of Casein 
d.    5.0 g/L Potassium Phosphate

33.  Ogye Agar Base
Merupakan media selektif yang dapat menyeleksi dan mengisolasi ragi serta cetakan dari makanan. Komposisinya adalah:
a.    20 g/L Dextrose
b.    5 g/L Yeast Extract
c.    10 mL sterile solution
d.    Supplement 100 mg oxytetracycline
e.    12 g/L Agar

34.  BBL™ M-PA-C Agar
Merupakan media selektif yang dapat menyembuhkan dan enumerasi Pseudomonas aeruginosa drai air. Komposisinya adalah:
a.    1.25 g/L Xylose 
b.    0.08 g/L Phenol Red 
c.    37.0 mg/L Nalidixic Acid 
d.    5.0 g/L Sodum Thiosulfate
e.    2.0 g/L Yeast Extract
f.     1.25 g/L Sucrose 
g.    1.25 g/L Lactose 
h.    12.0 g/L Agar
i.      5.0 g/L Sodium Chloride 
j.      5.0 g/L L-Lysine HCl 
k.    1.5 g/L Magnesium Sulfate
l.      0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate 
m.   8.0 mg/L Kanamycin 

35.  Vancomycin Screen Agar
Merupakan media selektif yang dapat menyaring Enterococci yang bersifat menghambat Vancomycin. Komposisi medianya adalah:
a.    5.00/L Peptic Digest of Animal Tissue
b.    2.00/L Dextrose
c.    0.56/L FD & Yellow #5 Dye
d.    5.00/L Sodium Chloride
e.    8.00 /L Brain Heart Infusion
f.     2.50/L Disodium Phosphate
g.    13.50/L Bacteriological Agar
h.    16.00/L Peptic Digest of Casein
36.  Difco™ Mannitol Salt Agar
Merupakan media selektif yang mampu mengisolasi dan enumerasi Staphylococci dari material klinis dan non klinis. Komposisinya antara lain:
a.    75.0 g/L Sodium Chloride 
b.    1.0 g/L Beef Extract 
c.    15.0 g/L Agar 
d.    10.0 g/L Proteose Peptone No. 3 
e.    25.0 mg/L Phenol Red 
f.     10.0 g/L D-Mannitol 

37.  BBL™ Mannitol Salt Agar
Merupakan media selektif yang fungsinya sama dengan Difco™ Mannitol Salt Agar. Komposisinya yaitu:
a.    5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue 
b.    15.0 g/L Agar
c.    10.0 g/L D-Mannitol 
d.    25.0 mg/L Phenol Red 
e.    5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein 
f.     75.0 g/L Sodium Chloride
g.    1.0 g/L Beef Extract

38.  Difco™ Oxford Antimicrobic Supplement
Merupakan media selektif dan diferensial yang mampu mengisolasi dan mendiferensiasi Listeria monocytogenes. Komposisi media ini:
a.    400.0 mg/10 mL Vial Cycloheximide
b.    5.0 mg/10 mL Vial Acriflavine
c.    20.0 mg/10 mL Vial Colistin Sulfate
d.    10.0 mg/10 mL Vial Fosfomycin 
e.    2.0 mg/10 mL Vial Cefotetan

39.  Difco™ MIO Medium
Merupakan media selektif yang dapat menunjukkan pergerakan dan kegiatan dekarboksilasi ornithine untuk membedakan dari Enterobacteriaceae. Komposisi bahannya:
a.    2.0 g/L Agar
b.    10.0 g/L Tryptone 
c.    3.0 g/L Yeast Extract
d.    0.02 g/L Bromcresol Purple 
e.    5.0 g/L L-Ornithine HCl
f.     10.0 g/L Peptone 
g.    1.0 g/L Dextrose

40.  Difco™ Modified Oxford Antimicrobic Supplement
Merupakan media selektif dan diferensial yang berguna seperti Difco™ Oxford Antimicrobic Supplement. Komposisinya:
a.    Colistin Sulfate 10.0 mg/10 mL Vial
b.    20.0 mg/10 mL Vial Moxalactam

41.  Difco™ Oxford Medium Base
Merupakan media selektif dan diferensial yang sama-sama berfungsi seperti Difco™ Oxford Antimicrobic Supplement serta Difco™ Modified Oxford Antimicrobic Supplement. Komposisinya adalah:
a.    2.7 g/L Tryptic Digest of Beef Heart
b.    1.0 g/L Esculin 
c.    4.4 g/L Yeast Extract 
d.    15.3 g/L Agar 
e.    4.4 g/L Proteose Peptone No. 3 
f.     0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate 
g.    0.9 g/L Starch 
h.    8.9 g/L Pancreatic Digest of Casein 
i.      15.0 g/L Lithium Chloride 
j.      4.4 g/L Sodium Chloride

42.  Difco™ XLT4 Agar Supplement
Merupakan media selektif yang dapat mengisolasi Salmonella non-typhi. Sedangkan komposisi yang terkandung dalam media ini adalah A 27% solution (approximate) of the surfactant TergitolTM** 4 (7-ethyl-2-methyl-4-undecanol hydrogen sulfate, sodium salt).

43.  Difco™ Bordet Gengou Agar Base
Merupakan media selektif dan diferensial yang menjadi perosedur kualitatif untuk mendeteksi dan mengisolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis. Komposisinya adalah:
a.    20.0 g/L Agar
b.    4.5 g/L Potato, Infusion from 125 g
c.    5.5 g/L Sodium Chloride

44.  Bordet Gengou Agar Base
Merupakan media selektif dan diferensial yang berfungsi sama dengan Difco™ Bordet Gengou Agar Base. Komposisinya adalah:
a.    Darah segar
b.    Gliserol

45.  BCP Glucose Agar
Merupakan media diferensial yang dapat membedakan Enterobacteriaceae yang terdapat di dalam air seni, air, dan makanan. Perbedaan yang ada ini karena jenis fermentasi dextrosa. Komposisi media ini antara lain:
a.    5.00 g/L Sodium Chloride
b.    10.00 g/L D-glucose
c.    15.00 g/L Bacteriological Agar
d.    10.00 g/L Tryptone
e.    0.015 g/L Bromocresol Purple
f.     1.50 g/L Yeast Extract

46.  Difco™ Bordet Gengou Agar Base
Merupakan media selektif dan diferensial yang kemampuannya sama dengan Bordet Gengou Agar Base dan Bordet Gengou Blood Agar. Komposisi yang terdapat di dalam media ini adalah:
a.    20.0 g/L Agar
b.    4.5 g/L Potato, Infusion from 125 g 
c.    5.5 g/L Sodium Chloride

47.  Difco™ XLT4 Agar Base
Merupakan media selektif yang dapat mengisolasi Salmonella non-typhi. Komposisi bahan-bahan yang terkandung antara lain:
a.    7.5 g/L Lactose 
b.    18.0 g/L Agar 
c.    1.6 g/L Proteose Peptone No. 3 
d.    7.5 g/L Saccharose 
e.    5.0 g/L Sodium Chloride 
f.     3.0 g/L Yeast Extract 
g.    6.8 g/L Sodium Thiosulfate 
h.    0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate 
i.      0.08 g/L Phenol Red
j.      5.0 g/L L-Lysine 
k.    3.75 g/L Xylose 

48.  Difco™ XLD Agar
Merupakan media selektif dan diferensial yang mampu mengisolasi serta mendiferensiasikan patogen di dalam perut. Komposisinya adalah:
a.    3.0 g/L Yeast Extract 
b.    7.5 g/L Lactose 
c.    3.75 g/L Xylose 
d.    5.0 g/L L-Lysine
e.    7.5 g/L Saccharose 
f.     0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate 
g.    6.8 g/L Sodium Thiosulfate 
h.    0.08 g/L Phenol Red 
i.      2.5 g/L Sodium Desoxycholate 
j.      5.0 g/L Sodium Chloride 
k.    15.0 g/L Agar 
49.  XLD (Xylose Lysine Desoxycholate)
Merupakan media selektif dan diferensiasi yang man dapat menyembuhkan Salmonella sp dan Shigella sp. Komposisi yang terkandung adalah:
a.   Yeast Extract
b.   Xylose
c.   Lysine
d.   Lactose
e.   Sucrose
f.    Sodium Chloride
g.   Phenol Red
h.   Sodium Desoxycholate
i.     SodiumT
j.     Ferric Ammonium Sulphate
k.   Agar

50.  BBL™ XLD Agar
Merupakan media selektif dan diferensiasi yang fungsinya sama dengan Difco™ XLD Agar yaitu dapat mengisolasi dan mendiferensiasikan patogen di dalam perut. Sedangkan komposisinya terdiri dari:
a.    3.0 g/L Yeast Extract 
b.    0.08 g/L Phenol Red 
c.    3.5 g/L Xylose 
d.    5.0 g/L L-Lysine
e.    5.0 g/L Sodium Chloride
f.     2.5 g/L Sodium Desoxycholate 
g.    7.5 g/L Lactose
h.    7.5 g/L Sucrose 
i.      13.5 g/L Agar 
j.      6.8 g/L Sodium Thiosulfate 
k.    0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate 

51.  BBL™ Kligler Iron Agar
Merupakan media diferensial yang mampu mendiferensiasikan kelompok dari Enterobacteriaceae berdasarkan akan kemampuannya dalam memfermentasikan dekstrosa dan laktosa serta dalam pembebasan sulfida. Komposisi yang terkandung adalah:
a.    1.0 g/L Dextrose
b.    15.0 g/L Agar 
c.    5.0 g/L Sodium Chloride 
d.    10.0 g/L Lactose 
e.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein 
f.     0.5 g/L Sodium Thiosulfate 
g.    10.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
h.    25.0 mg/L Phenol Red
i.      0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate
52.  BBL™ XL Agar Base
Merupakan media selektif dan diferensial yang mirip fungsinya dengan Difco™ XLD Agar dan BBL™ XLD Agar yaitu dapat mengisolasi dan mendiferensiasikan patogen di dalam perut. Komposisi yang ada adalah:
a.    3.0 g/L Yeast Extract 
b.    7.5 g/L Sucrose 
c.    3.5 g/L Xylose 
d.    0.08 g/L Phenol Red 
e.    7.5 g/L Lactose 
f.     5.0 g/L L-Lysine 
g.    13.5 g/L Agar 
h.    5.0 g/L Sodium Chloride 

53.  Difco™ Triple Sugar Iron Agar
Merupakan media diferensial yang dapat bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida. Komposisi media ini antara lain:
a.    1.0 g/L Dextrose 
b.    10.0 g/L Lactose 
c.    10.0 g/L Sucrose 
d.    15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein 
e.    0.3 g/L Sodium Thiosulfate 
f.     0.2 g/L Ferrous Sulfate 
g.    3.0 g/L Beef Extract 
h.    3.0 g/L Yeast Extract 
i.      12.0 g/L Agar 
j.      5.0 g/L Proteose Peptone No. 3 
k.    24.0 mg/L Phenol Red 
l.      5.0 g/L Sodium Chloride 

54.  BBL™ TSI Agar
Merupakan media diferensial yang fungsinya sama dengan Difco™ Triple Sugar Iron Agar. Komposisi media ini adalah:
a.    1.0 g/L Dextrose 
b.    10.0 g/L Lactose 
c.    10.0 g/L Sucrose
d.    0.2 g/L Sodium Thiosulfate 
e.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein 
f.     0.2 g/L Ferrous Ammonium Sulfate 
g.    13.0 g/L Agar 
h.    5.0 g/L Sodium Chloride 
i.      10.0 g/L Peptic Digest of Animal
j.      25.0 mg/L Phenol Red 

55.  Difco™ Tomato Juice Agar
Merupakan media selektif yang mampu mengkultivasi dan dapat pula melakukan proses enumerasi Lactobacillus. Komposisi dari media ini adalah:
a.    10.0 g/L Peptone 
b.    20.0 g/L Agar 
c.    20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL) 
d.    10.0 g/L Peptonized Milk 


56.  Difco™ Tomato Juice Broth
Merupakan  media selektif yang fungsinya sama dengan Difco™ Tomato Juice Agar Special. Komposisi dari Difco™ Tomato Juice Broth adalah:
a.    0.1 g/L Magnesium Sulfate 
b.    10.0 g/L Dextrose 
c.    20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL) 
d.    0.01 g/L Manganese Sulfate 
e.    0.5 g/L Dipotassium Phosphate
f.     0.01 g/L Sodium Chloride 
g.    10.0 g/L Yeast Extract 
h.    0.01 g/L Ferrous Sulfate 
i.      0.5 g/L Monopotassium Phosphate 

57.  BBL™ Brain Heart CC Agar
Merupakan media selektif yang berguna mengisolasi fungsi patogen dari spesimen yang mencemarinya dengan bakteri dan jamur saprophytic. Komposisinya yaitu:
a.    5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b.    0.5 g/L Cycloheximide
c.    2.0 g/L Dextrose
d.    16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
e.    13.5 g/L Agar
f.     5.0 g/L Sodium Chloride
g.    8.0 g/L Brain Heart, Infusion from (solids)
h.    0.05 g/L Chloramphenicol
i.      2.5 g/L Disodium Phosphate

58.  Difco™ Brain Heart Infusion Agar
Merupakan media selktif yang dapat isolasi dan kultivasi mengenai suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan non klinis. Komposisi media ini yaitu:
a.    9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g 
b.    5.0 g/L Sodium Chloride
c.    15.0 g/L Agar 
d.    7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g 
e.    2.5 g/L Disodium Phosphate 
f.     10.0 g/L Proteose Peptone 
g.    2.0 g/L Dextrose

59.  BBL™ Brain Heart Infusion Agar, Modified
Merupakan media selektif yang berfungsi sama dengan Difco™ Brain Heart Infusion Agar. Komposisinya yaitu:
a.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein 
b.    2.5 g/L Disodium Phosphate
c.    15.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
d.    15.0 g/L Agar
e.    2.0 g/L Dextrose 
f.     Brain Heart, Infusion from (solids)  3.5 g/L
g.    5.0 g/L Sodium Chloride

60.  BBL™ Brain Heart Infusion Agar
Merupakan media selektif yang kemampuannya sama dengan BBL™ Brain Heart Infusion Agar Modified dan Difco™ Brain Heart Infusion Agar. Komposisi dari BBL™ Brain Heart Infusion Agar adalah:
a.    Brain Heart, Infusion from (solids)  8.0 g/L
b.    2.0 g/L Dextrose 
c.    13.5 g/L Agar 
d.    16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein 
e.    2.5 g/L Disodium Phosphate 
f.     5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue 
g.    5.0 g/L Sodium Chloride 

61.  Lysine Agar
Merupakan media diferensial yang dapat membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriacea, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain. Komposisi dari media yang digunakan adalah:
a.    5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b.    5.00/L Pyridoxal
c.    0.50/L Dextrose 
d.    5.00/L Beef Extract 
e.    5.00 mg/L Cresol Red 
f.     0.01/L Bromcresol Purple
g.    10.0 g/L of L-Lysine HCl

62.  Arginine Agar
Merupakan media diferensial yang memiliki kemampuan sama dengan Lysine Agar, komposisi yang terkandung dalam arginine agar ini adalah:
a.    0.50/L Dextrose 
b.    10.0 g/L L-Arginine HCl
c.    5.00/L Beef Extract 
d.    5.00/L Pyridoxal
e.    5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
f.     0.01/L Bromcresol Purple
g.    5.00 mg/L Cresol Red 

63.  Ornithine Agar
Merupakan media diferensial yang berfungsi sam dengan arginine agar serta lysine agar. Sedangkan komposisi yang dimiliki antara lain:
a.    5.00/L Pyridoxal
b.    5.00/L Beef Extract 
c.    0.50/L Dextrose 
d.    10.0 g/L L-Ornithine HCl
e.    5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
f.     0.01/L Bromcresol Purple
g.    5.00 mg/L Cresol Red 

64.  Difco™ Tellurite Glycine Agar
Merupakan media selektif yang mampu mengisolasi koagulasi positif dari Staphylococci. Sedangkan komposisinya adalah:
a.    5.0 g/L Dipotassium Phosphate
b.    10.0 g/L Tryptone 
c.    6.5 g/L Yeast Extract 
d.    17.5 g/L Agar 
e.    10.0 g/L Glycine 
f.     5.0 g/L Lithium Chloride
g.    3.5 g/L Soytone 
h.    5.0 g/L D-Mannitol

65.  Difco™ Baird-Parker Agar EY Tellurite Enrichment
Merupakan media diperkaya yang mampu mengisolasi dan mengenumerasi dari koagulasi Staphylococci dari makanan, kulit, minyak, udara dan material lain serta identifikasi Staphylococci atas dasar kemampuannya untuk membersihkan kuning telur.
a.    5.0 g/950 mL Beef Extract 
b.    20.0 g/950 mL Agar 
c.    12.0 g/950 mL Glycine 
d.    1.0 g/950 mL Extract   Yeast
e.    5.0 g/950 mL Lithium Chloride
f.     10.0 g/950 mL Pancreatic Digest of Casein
g.    10.0 /950 mL g Sodium Pyruvate 
66.  Nitrate Broth
Merupakan media selektif yang dapat mendeteksi reduksi nitrat dengan komposisi yang terkandung antara lain:
a.    1.0 g/L Potassium Nitrate
b.    5.0 g/L Peptone
c.    3.0 g/L Meat Extract/Beef Extract
d.    1.0 g/L Proteose Peptone No. 3 

67.  Cetrimide Agar
Merupakan media selektif yang dapat mengisolasi dan mengidentifikasi Pseudomonas aerugonisa, komposisi dari media ini adalah:
a.    0.3 g/L Cetrimide (Cetyltrimethylammonium Bromide)
b.    Supplement /Liter : Glycerol 10 mL
c.    1.4 g/L Magnesium Chloride
d.    13.6 g/L Agar
e.    20 g/L Enzymatic Digest of Gelatin
f.     10 g/L Potassium Chloride

68.  Orange Serum Agar
Merupakan media selektif yang berfungsi untuk mengisolasi dan enumerasi mikroorganisme yang berhubungan dengan cacat produk buah jeruk. Komposisi media ini yaitu:
a.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein 
b.    15.5 g/L Agar 
c.    4.0 g/L Dextrose 
d.    2.5 g/L Dipotassium Phosphate 
e.    10.0 g/L Orange Serum
f.     3.0 g/L Yeast Extract 

69.  Chapman Stone Medium
Merupakan media selektif yang dapat mengisolasi dan mengidentifikasi Staphylococci berdasarkan pada fermentasi mannitol dan aktivitas gelatin. Komposisi yang terkandung di dalam media ini antara lain:
a.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein 
b.    15.0 g/L Agar 
c.    55.0 g/L Sodium Chloride
d.    2.5 g/L Yeast Extract 
e.    75.0 g/L Sulfate  Ammonium
f.     5.0 g/L Dipotassium Phosphate 
g.    30.0 g/L Gelatin 
h.    10.0 g/L D-Mannitol 

70.  Lactose Agar with Bromthymol Blue and Crystal Violet
Merupakan media selektif, berfungsi untuk isolasi bakteri gram negatif dari urine, feses, dan spesimen klinis lainnya. Komposisinya antara lain:
a.    3.00 g/L Yeast Extract
b.    12.00 g/L Bacteriological Agar
c.    7.50 g/L Casein Peptone
d.    7.50 g/L Meat Peptone
e.    15.00 g/L Lactose
f.     0.08 g/L Bromothymol Blue
g.    1.00 g/L Sodium Thiosulfate
h.    0.005 g/L Crystal Violet
i.      1.00 g/L Sodium Desoxycholate
j.      3.00 g/L Beef Extract

71.  BBL™ Simmons Citrate Agar
Merupakan media diferensial yang mampu mendiferensiasikan bakteri gram negatif berdasarkan pemakaian sitrat. Komposisi:
a.    15.0 g/L Agar 
b.    5.0 g/L Sodium Chloride 
c.    1.0 g/L Ammonium Dihydrogen Phosphate 
d.    0.08 g/L Bromthymol Blue
e.    1.0 g/L Dipotassium Phosphate 
f.     0.2 g/L Magnesium Sulfate 
g.    2.0 g/L Sodium Citrate 

72.  Simmons Citrate Agar
Merupakan media diferensial yang dapat membedakan Enterobacteriaceae berdasarkan utilisasi sitrat. Komposisinya adalah:
a.    0.2 g/L Ammonium dihydrogen Phosphate
b.    0.8 g/L Sodium ammonium phosphate
c.    14.0 g/L Agar A (RM10)
d.    2.5 g/L Tri-sodium citrate
e.    5.0 g/L Sodium chloride
f.     0.080 g/L Bromo-thymol blue
g.    0.2 g/L Magnesium sulphate

73.  Potassium Tellurite Cystine Agar
Merupakan media diferensial untuk menyembuhkan Corynebacterium diptheriae spesimen klinis dan membantu membedakan Corynebacterium diptheriae dari bakteri diphteriae lainnya. Komposisi yang ada dalam media ini adalah:
a.    2.0/L Yeast Extract
b.    11.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c.    44.0 mg/L L-Cystein
d.    50.0/L Sheep blood
e.    5.0/L Sodium Chloride
f.     5.0/L Peptic Digest of Animal Tissue
g.    50.0 mg/L Potassium Tellurite
h.    15.0/L Agar
i.      2.0/L Beef Heart Infusion Solids