TUGAS GENETIKA
KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP SECARA MOLEKULER DAN MORFOLOGI
Disusun Oleh:
DIANA PUTRI HAPSARI
M0410018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
Klasifikasi
Makhluk Hidup secara Molekuler dan Morfologi
Sebenarnya
tujuan dari pengklasifikasian makhluk hidup untuk mempermudah mengenal sifat suatu spesies lain
ang merupakan anggota kelompok yang sama atau dengan melihat nama kelompoknya.
Tumbuan dan hewan sangat banyak dan beragam sehingga untuk mempermudah dalam
mengenalnya dilakukanlah klasifikasi. Pengelompokan makhluk hidup menurut
persamaan ciri yang dimiliki merupakan klasifikasi yang dari dulu digunakan
sampai sekarang.
Berdasarkan cara pengelompokannya ,
sistem klasifikasi dibedakan menjadi sistem artifisial, sistem alamiah dan
sistem filogeni. Sistem artifisial atau buatan merupakan klasifikasi yang
dilakukan berdasarkan struktur morfologis, anatomi dan fisiologis. Fisiologis
disini dititik beratkan pada alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup.
Sistem alamiah adalah klasifikasi yang terbentuk secara alami atau yang sesuai
menurut alam tentang banyak sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Sistem
filogeni adalah klasifikasi yang berdasarkan pada teori evolusi. Teori evolusi
menyatakan bahwa spesies yang berada di permukaan bumi akan terus mengalami
perubahan yang sejalan dengan perubahan lingkungan dan akhirnya menghasilkan
spesies yang berbeda daripada spesies awal tadi.
Dua
sistem klasifikasi awal, yaitu sistem artifisial dan sistem alamiah, lebih
mengacu pada morfologi makhluk hidup dalam pengelompokannya. Sedangkan sistem
filogeni meliputi perubahan susunan gen yang terdapat di dalam tubuh makhluk
hidup. Perubahan gen tersebut akan mengakibatkan perubahan sifat organisme
tersebut. Sifat makhluk hidup yang berubah dapat berupa bentuk fisik yang
terjadi karena adanya ekspresi dari genotip di dalam tubuh sehingga
mempengaruhi fenotipnya. Proses dari
sistem filogeni ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Dengan sistem ini dapat mengetahui dengan jelas jarak hubungan kekerabatan
antar takson. Semakin dekat jaraknya maka semakin banyak persamaan yang ada.
Eduard
Chatton (1939) juga menggunakan dasar klasifikasi dengan mengetahui ada
tidaknya membran yang membungkus inti sel, yang kemudian mengklasifikasikan
antara eukariotik dan prokariotik. Walaupun ada perbedaan antara klasifikasi
menurut morfologi dan molekuler, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan
karena akhir dari hierarki klasifikasi yang paling rendah adalah spesies yang
merupakan populasi yang setiap individunya memiliki kesamaan pada sifat
morfologi, anatomi, fisiologi, jumlah kromosom dan susunan kromosomnya yang
berkembang bersama. Namun semakin majunya teknologi yang ada maka sistem
klasifikasi pun akan semakin berkembang terutaman dalam biologi molekuler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar