What's Your Number? Check This Out

Kamis, 17 Januari 2013

TugasKu: Makalah Paparan Merkuri (Hg) dalam Lingkungan (Toksikologi Lingkungan)

MAKALAH
PAPARAN MERKURI (Hg) DALAM LINGKUNGAN





Diana Putri Hapsari
M0410018




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengaruh bahan-bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup dan cara kerja racun. Sehingga terjadi respon-respon antara unsur-unsur tersebut dengan sistem biologi yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satunya adalah unsur logam berat, yang merupakan unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat, Hg atau merkuri memiliki densitas sekitar 13,55. Merkuri atau Hg merupakan logam berat yang sangat beracun diantara semua logam bert lainnya. Yang kemudian diikuti oleh logam berat lain yaitu Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn.
Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3 merupakan setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. B# dapat berupa bahan biologis atau zat kimia. Zat kimia B3 dapat berupa senyawa logam (anorganik)  atau senyawa organik. Disini merkuri merupakan B3 logam.
Merkuri dapat berasal dari alam, industri, maupun dari transportasi. Secara alami merkuri dapat berasal dari gas gunung berapi dan penguapan dari air laut. Sedangkan industri yang menghasilkan limbah merkuri antara lain industri pengecoran logam dan semua industri yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku maupun bahan penolong. Macam-macam industrinya antara lain, industri klor alkali, peralatan listrik, cat, termometer, tensimeter, industri pertanian dan pabrik detonator. Selain itu, sumber pencemaran merkuri juga dapat berasal dari tempat praktek dokter gigi yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi. Hasil pembakaran bahan bakar fosil juga merupakan sumber merkuri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa merkuri (Hg) itu?
2.      Bagaimana merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan?
3.      Bagaimana merkuri (Hg) dapat masuk ke dalam tubuh manusia?
4.      Bagaimana cara mendeteksi merkuri (Hg) tersebut?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dan hal-hal tentang merkuri (Hg)
2.      Mengetahui cara merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan
3.      Mengetahui cara merkuri (Hg) masuk ke dalam tubuh
4.      Mengetahui cara mendeteksi merkuri (Hg)

BAB II
ISI

A.    Merkuri (Hg)
Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu – batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik (Anonim, 2011). Secara alami merkuri dapat berasal dari gas gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA= 80) serta memiliki massa molekul relatif (MR= 200,59). Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam suhu kamar (25oC), titik bekunya paling rendah (-39oC), mempunyai kecenderungan untuk menguap lebih besar, mudah tercampur dengan logam-logam lainnya dan menghasilkan logam campuran (Amalgam/Alloi), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah (Alfian, 2006).
Merkuri merupakan logam berat urutan pertama dalam sifat racunnya. Metil merkuri merupakan bentuk dari merkuri yang penting yang bermanfaat bagi manusia. Industri yang berperan dalam pencemaran merkuri ke lingkungan adalah pabrik tinta, kertas, kimia, kosmetik, farmasi dan tekstil. Merkuri memiliki efek toksisitas pada susunan saraf pusat dan ginjal.
B.     Cara Merkuri Mencemari Lingkungan
Diketahui hasil dari epidemiologi bahwa keracunan metil dan etil merkuri sebagian besar dikarenakan oleh konsumsi ikan yang diperoleh dari daerah tercemar atau makanan yang berbahan baku tumbuhan tang disemprot dengan pestisida jenis fungisida alkil merkuri. Pada tahun 1953-1965 di teluk Minamata, Kyushu, Jepang dilaporkan adanya keracunan merkuri sehingga menyebabkan beberapa malformasi pada janin yang dikandung. Pada tahun 1959 ditemukan bahwa penyebab keracunan tersebut adalah berasal dari limbah Chisso Corporation yang mengandung metil merkuri yang dibuang ke perairan. Kemudian pada tahun 1967 terjadi pencemaran merkuri di sungai Agano, Nigata. Di Irak pun terjadi keracunan alkil merkuri akibat mengkonsumsi gandum yang disemprot dengan alkil merkuri sehingga menyebabkan 500 orang meninggal dunia dan 6000 orang memerlukan perawatan di rumah sakit. Penelitian Eto (1999), telah menyimpulkan bahwa efek keracunan merkuri tergantung dari kepekaan individu dan faktor genetik. Individu yang peka tehadap merkuri antara lain adalah janin, bayi, anak-anak dan orang tua (Sudarmaji, 2006).
Merkuri atau Hg dapat berasal dari alam, industri, maupun hasil pembakaran dari transportasi. Di alam merkuri dapat ditemukan pada gas gunung berapi dan penguapan dari air laut. Macam-macam industrinya antara lain, industri klor alkali, peralatan listrik, cat, industri pengecoran logam, termometer, tensimeter, industri pertanian, pabrik detonator dan semua indutri yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku utama atau bahan penolong. Selain itu, sumber pencemaran merkuri juga dapat berasal dari tempat praktek dokter gigi yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi. Hasil pembakaran bahan bakar fosil juga merupakan sumber merkuri.
Mekanisme kerja suatu bahan kimia terhadap suatu organ sasaran pada umumnya melewati suatu rantai reaksi yang dapat dibedakan menjadi 3 fase utama, yaitu fase eksposisi, fase toksokinetik dan fase toksodinamik. Fase eksposisi adalah ketersediaan biologis suatu polutan di lingkungan dan hal ini erat kaitannya dengan perubahan sifat-sifat fisikomikianya. Selama fase eksposisi, zat beracun dapat diubah melalui berbagai reaksi kimia atau fisika menjadi senyawa yang lebih toksik atau lebih kurang toksik. Jalur intoksikasinya lewat oral, saluran pernafasan dan kulit. Polutan pada fase eksposisi di lingkungan industri memiliki sifat fisik berupa padatan, larutan dan gas. Paparan di industri terbanyak melalui inhalasi, karena bahan kimia pencemar berada di udara ambien sebagai airbone toxicant, yaitu gas, uap, debu, fume, kabut dan asap. Fase toksokinetik merupakan fase dimana sebagian dari jumlah zat yang diabsorbsi mencapai organ target suatu zat toksik di dalam tubuh organisme. Prosesnya dibedakan dengan menjadi, absorbsi dan distribusi (invasi), biotransformasi, akumulasi dan ekskresi. Fase toksodinamik merupakan suatu fase dari hasil interaksi dari sejumlah proses yang sangat rumit dan kompleks.
C.     Cara Merkuri Masuk ke Dalam Tubuh Manusia
Bentuk racun dari merkuri yang masuk pada tubuh manusia adalah metil merkuri (CH3Hg+ dan CH3-Hg-CH3) dan garam organik, mercuric khlor (HgCl2). Metil merkuri dapat dibentuk oleh bakteri pada endapan dan air yang bersifat asam. Elemen merkuri mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh manusia tetapi senyawa metil merkuri terakumulasi di dalam tubuh 10 kali lebih lama. Metil merkuri terakumulasi pada rantai makanan, misal merkuri bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup di perairan yang telah tercemar merkuri. Merkuri juga dapat dilepaskan ke atmosfer melalui berbagai kegiatan manusia, terutama dari pembakaran sampah rumah tangga, limbah industri, dan pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara. Asap yang mengandung merkuri dapat ditransportasikan melalui udara dan mengendap di daratan maupun air. Asap merkuri dapat dihisap melalui pernapasan (Anonim, 2011).
Merkuri yang masuk lewat kulit, biasanya merkuri yang terkandung dalam kosmetik yang dipakai. Merkuri yang masuk melalui kulit, setelah diabsorbsi di jaringan akan teroksidasi menjadi merkuri divalent (Hg2+) yang dibantu oleh enzim katalase. Pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri dapat mengakibatkan:
1.      Memperlambat pertumbuhan janin
2.      Keguguran dan mandul
3.      Flek hitam pada kulit akan memucat, seakan pudar dan bila pemakaian dihentikan, flek tersebut akan timbul kembali dan akan semakin bertambah parah
4.      Memberikan efek rebound atau respon berlawanan saat pemakaian kosmetik tersebut dihentikan
5.      Untuk wajah yang awalnya bersih, lama kelamaan akan timbul flek yang sangat parah
6.      Dapat menyebabkan kanker kulit
Merkuri yang masuk melalui pernapasan akan diabsorbsi melalui sel darah merah, kemudian ditransformasikan menjadi merkuri divalent yang sebagian akan menuju otak dan kemudian diakumulasikan di dalam jaringan. Senyawa phenyl mercury (C6H5Hg+ dan C6H5-Hg-C6H5) bersifat racun moderat dengan waktu tinggal yang pendek pada tubuh tetapi senyawa ini dapat berubah bentuk menjadi merkuri organik dengan cepat pada lingkungan. Metil merkuri 50 kali bersifat racun daripada merkuri organik. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan, kadar maksimum merkuri di dalam aor adalah 0,001 mg/l (Anonim, 2011).
D.    Cara Mendeteksi Merkuri
Berdasarkan hasil penelitian dari Diner dan Brenner (1998) serta Frackelton dan Christensen (1998) bahwa diagnosa klinis dari keracunan merkuri tidaklah mudah dan sering disalah artikan dengan diagnosa kelainan psikiatrik dan autisme. Sulitnya diagnosa merkuri karena panjangnya periode laten dari mulai terpapar sampai timbulnya gejala dan tidak jelasnya bentuk gejala yang timbul, yang hampir serupa dengan kelainan psikiatrik. Untuk memudahkan diagnosa klinis dari keracunan merkuri, maka Vroom dan Greer (1972) memebuat kriteria sebagai berikut:
1.      Observasi kemunduran fungsi, yang berupa: kerusakan motorik, abnormalitas sensorik, keminduran psikologi dan perilaku, kemunduran nerologik dan kognitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran penglihatan, kelainan kulit serta gangguan reflek.
2.      Waktu paparan oleh merkuri bersifat akut atau kronis.
Gejala yang disebabkan oleh merkuri yaitu gangguan psikologi berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat agresif (Sudarmaji, 2006).
                        Keracunan merkuri sering disebut dengan mercurialism yang banyak ditemukan pada negara maju. Deteksi merkuri dapat melalui urine, darah, kuku dan rambut. Kadar merkuri di udara daerah yang tidak tercemar sekitar 20-50 ng/m3. Jika kadar merkuri di udara sebesar 50 ng/m3, maka dalam waktu 3 hari banyaknya paru-paru menghisap merkuri sebesar 1 μg/hari. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh merkuri tergantung banyaknya merkuri yang masuk ke dalam tubuh, dengan gejala yang paling ringan berupa parastesia yaitu hilangnya rasa pada anggota gerak dan sekitar mulut serta dapat pula terjadi pengurangan penglihatan dan pendengaran sampai gejala yang paling berat berupa ataxia, dysarthria bahkan kematian. Paparan merkuri pada janin akan tampak setelah bayi lahir yang dapat berupa cerebraly palsy maupun retardasi mental. Hal ini dapat terjadi karena jika ibu hamil mengkonsumsi daging binatang yang diberi pakan padi-padian yang disemprot fungisida mengandung metil merkuri atau yang tercemar merkuri melalui perairan dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium terlihat adanya denaturasi protein enzim yang tidak aktif dan kerusakan membran sel pada kasus keracunan merkuri (Sudarmaji, 2006).
                        Metil merkuri merupakan racun yang mampu mengganggu susunan saraf pusat maupun saraf perifer. Keracunan merkuri dapat pula berpengaruh terhadap fungsi ginja yaitu mengakibatkan proteinuria. Selain mempunyai efek pada susuna saraf, merkuri juga dapat menyebabkan kelainan psikiatri berupa insomnia, nervus, pusing, mudah lupa, tremor dan depresi. Pada dasarnya besar resiko akibat terpapar merkuri tergantung dari sumber merkuri di lingkungan, tingkat paparan, teknik pengambilan sampel, analisis sampel dan hubungan dosis dengan respon (Sudarmaji, 2006).


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1.      Merkuri merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu – batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik, serta logam berat urutan pertama dalam sifat racunnya.
2.      Mekanisme merkuri mencemari lingkungan dengan 3 fase, yaitu fase eksposisi, fase toksokinetik dan fase toksodinamik. Merkuri dapat mencemari lingkungan dengan adanya limbah dari industri yang mengandung merkuri dan dibuang ke lingkungan sekitar. Sumber merkuri dapat berasal dari alam, industri maupun dari hasil pembakaran bahan bakar fosil.
3.      Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara melalui kulit, setelah diabsorbsi di jaringan akan teroksidasi menjadi merkuri divalent (Hg2+) yang dibantu oleh enzim katalase. Metil merkuri terakumulasi pada bahan makanan yang dikonsumsi, misal ikan. Merkuri juga dapat dilepaskan ke atmosfer melalui berbagai kegiatan manusia terutama proses pembakaran, bahan bakar fosil, maupun dari fenomena alam yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi.
4.      Cara mendeteksi merkuri dengan kriteria yang dibuat Vroom dan Greer (1972) untuk memudahkan diagnosa klinis dari keracunan merkuri:
a.       Observasi kemunduran fungsi, yang berupa: kerusakan motorik, abnormalitas sensorik, keminduran psikologi dan perilaku, kemunduran nerologik dan kognitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran penglihatan, kelainan kulit serta gangguan reflek.
b.      Waktu paparan oleh merkuri bersifat akut atau kronis.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. USU Repository.
Anonim. 2011. http://toksikmerkuri.blogspot.com/ [30 desember 2012]
Sudarmaji, J.Mukono, dan Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2 (2): 129 -142.

2 komentar: