MAKALAH
PAPARAN MERKURI (Hg) DALAM
LINGKUNGAN
Diana Putri Hapsari
M0410018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksikologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengaruh bahan-bahan kimia yang
merugikan bagi organisme hidup dan cara kerja racun. Sehingga terjadi
respon-respon antara unsur-unsur tersebut dengan sistem biologi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satunya adalah unsur
logam berat, yang merupakan unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm3.
Diantara semua unsur logam berat, Hg atau merkuri memiliki densitas sekitar
13,55. Merkuri atau Hg merupakan logam berat yang sangat beracun diantara semua
logam bert lainnya. Yang kemudian diikuti oleh logam berat lain yaitu Cd, Ag,
Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn.
Bahan
Berbahaya dan Beracun atau B3 merupakan setiap bahan yang karena sifat atau
konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya. B# dapat berupa bahan biologis atau zat kimia. Zat
kimia B3 dapat berupa senyawa logam (anorganik)
atau senyawa organik. Disini merkuri merupakan B3 logam.
Merkuri
dapat berasal dari alam, industri, maupun dari transportasi. Secara alami
merkuri dapat berasal dari gas gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Sedangkan industri yang menghasilkan limbah merkuri antara lain industri
pengecoran logam dan semua industri yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku
maupun bahan penolong. Macam-macam industrinya antara lain, industri klor
alkali, peralatan listrik, cat, termometer, tensimeter, industri pertanian dan
pabrik detonator. Selain itu, sumber pencemaran merkuri juga dapat berasal dari
tempat praktek dokter gigi yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal
gigi. Hasil pembakaran bahan bakar fosil juga merupakan sumber merkuri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa merkuri (Hg) itu?
2. Bagaimana merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan?
3. Bagaimana merkuri (Hg) dapat masuk ke dalam tubuh manusia?
4. Bagaimana cara mendeteksi merkuri (Hg) tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan hal-hal tentang merkuri (Hg)
2. Mengetahui cara merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan
3. Mengetahui cara merkuri (Hg) masuk ke dalam tubuh
4. Mengetahui cara mendeteksi merkuri (Hg)
BAB II
ISI
A. Merkuri (Hg)
Merkuri (Hg) adalah salah satu
jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu – batuan,
biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik
(Anonim, 2011). Secara alami merkuri dapat berasal dari gas gunung berapi dan
penguapan dari air laut.
Merkuri adalah unsur yang
mempunyai nomor atom (NA= 80) serta memiliki massa molekul relatif (MR=
200,59). Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan
satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam suhu kamar (25oC),
titik bekunya paling rendah (-39oC), mempunyai kecenderungan untuk
menguap lebih besar, mudah tercampur dengan logam-logam lainnya dan
menghasilkan logam campuran (Amalgam/Alloi), juga dapat mengalirkan arus
listrik sebagai konduktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan
arus listrik rendah (Alfian, 2006).
Merkuri merupakan logam berat
urutan pertama dalam sifat racunnya. Metil merkuri merupakan bentuk dari
merkuri yang penting yang bermanfaat bagi manusia. Industri yang berperan dalam
pencemaran merkuri ke lingkungan adalah pabrik tinta, kertas, kimia, kosmetik,
farmasi dan tekstil. Merkuri memiliki efek toksisitas pada susunan saraf pusat
dan ginjal.
B. Cara Merkuri Mencemari Lingkungan
Diketahui hasil dari
epidemiologi bahwa keracunan metil dan etil merkuri sebagian besar dikarenakan
oleh konsumsi ikan yang diperoleh dari daerah tercemar atau makanan yang
berbahan baku tumbuhan tang disemprot dengan pestisida jenis fungisida alkil
merkuri. Pada tahun 1953-1965 di teluk Minamata, Kyushu, Jepang dilaporkan
adanya keracunan merkuri sehingga menyebabkan beberapa malformasi pada janin
yang dikandung. Pada tahun 1959 ditemukan bahwa penyebab keracunan tersebut
adalah berasal dari limbah Chisso Corporation yang mengandung metil merkuri
yang dibuang ke perairan. Kemudian pada tahun 1967 terjadi pencemaran merkuri
di sungai Agano, Nigata. Di Irak pun terjadi keracunan alkil merkuri akibat
mengkonsumsi gandum yang disemprot dengan alkil merkuri sehingga menyebabkan
500 orang meninggal dunia dan 6000 orang memerlukan perawatan di rumah sakit. Penelitian
Eto (1999), telah menyimpulkan bahwa efek keracunan merkuri tergantung dari
kepekaan individu dan faktor genetik. Individu yang peka tehadap merkuri antara
lain adalah janin, bayi, anak-anak dan orang tua (Sudarmaji, 2006).
Merkuri
atau Hg dapat berasal dari alam, industri, maupun hasil pembakaran dari
transportasi. Di alam merkuri dapat ditemukan pada gas gunung berapi dan
penguapan dari air laut. Macam-macam industrinya antara lain, industri klor
alkali, peralatan listrik, cat, industri pengecoran logam, termometer,
tensimeter, industri pertanian, pabrik detonator dan semua indutri yang menggunakan
merkuri sebagai bahan baku utama atau bahan penolong. Selain itu, sumber
pencemaran merkuri juga dapat berasal dari tempat praktek dokter gigi yang
menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi. Hasil pembakaran bahan bakar
fosil juga merupakan sumber merkuri.
Mekanisme kerja suatu bahan
kimia terhadap suatu organ sasaran pada umumnya melewati suatu rantai reaksi
yang dapat dibedakan menjadi 3 fase utama, yaitu fase eksposisi, fase
toksokinetik dan fase toksodinamik. Fase eksposisi adalah ketersediaan biologis
suatu polutan di lingkungan dan hal ini erat kaitannya dengan perubahan
sifat-sifat fisikomikianya. Selama fase eksposisi, zat beracun dapat diubah
melalui berbagai reaksi kimia atau fisika menjadi senyawa yang lebih toksik
atau lebih kurang toksik. Jalur intoksikasinya lewat oral, saluran pernafasan
dan kulit. Polutan pada fase eksposisi di lingkungan industri memiliki sifat
fisik berupa padatan, larutan dan gas. Paparan di industri terbanyak melalui
inhalasi, karena bahan kimia pencemar berada di udara ambien sebagai airbone
toxicant, yaitu gas, uap, debu, fume, kabut dan asap. Fase toksokinetik
merupakan fase dimana sebagian dari jumlah zat yang diabsorbsi mencapai organ
target suatu zat toksik di dalam tubuh organisme. Prosesnya dibedakan dengan
menjadi, absorbsi dan distribusi (invasi), biotransformasi, akumulasi
dan ekskresi. Fase toksodinamik merupakan suatu fase dari hasil interaksi dari
sejumlah proses yang sangat rumit dan kompleks.
C. Cara Merkuri Masuk ke Dalam Tubuh Manusia
Bentuk racun dari merkuri yang
masuk pada tubuh manusia adalah metil merkuri (CH3Hg+ dan
CH3-Hg-CH3) dan garam organik, mercuric khlor (HgCl2).
Metil merkuri dapat dibentuk oleh bakteri pada endapan dan air yang bersifat
asam. Elemen merkuri mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh
manusia tetapi senyawa metil merkuri terakumulasi di dalam tubuh 10 kali lebih
lama. Metil merkuri terakumulasi pada rantai makanan, misal merkuri bisa masuk
ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup di perairan yang
telah tercemar merkuri. Merkuri juga dapat dilepaskan ke atmosfer melalui
berbagai kegiatan manusia, terutama dari pembakaran sampah rumah tangga, limbah
industri, dan pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara. Asap yang
mengandung merkuri dapat ditransportasikan melalui udara dan mengendap di
daratan maupun air. Asap merkuri dapat dihisap melalui pernapasan (Anonim,
2011).
Merkuri yang masuk lewat kulit,
biasanya merkuri yang terkandung dalam kosmetik yang dipakai. Merkuri yang
masuk melalui kulit, setelah diabsorbsi di jaringan akan teroksidasi menjadi
merkuri divalent (Hg2+) yang dibantu oleh enzim katalase. Pemakaian
kosmetik yang mengandung merkuri dapat mengakibatkan:
1. Memperlambat pertumbuhan janin
2. Keguguran dan mandul
3. Flek hitam pada kulit akan memucat, seakan pudar dan bila
pemakaian dihentikan, flek tersebut akan timbul kembali dan akan semakin
bertambah parah
4. Memberikan efek rebound atau respon berlawanan saat
pemakaian kosmetik tersebut dihentikan
5. Untuk wajah yang awalnya bersih, lama kelamaan akan timbul
flek yang sangat parah
6. Dapat menyebabkan kanker kulit
Merkuri yang masuk melalui pernapasan akan
diabsorbsi melalui sel darah merah, kemudian ditransformasikan menjadi merkuri
divalent yang sebagian akan menuju otak dan kemudian diakumulasikan di dalam
jaringan. Senyawa phenyl mercury (C6H5Hg+ dan
C6H5-Hg-C6H5) bersifat racun
moderat dengan waktu tinggal yang pendek pada tubuh tetapi senyawa ini dapat
berubah bentuk menjadi merkuri organik dengan cepat pada lingkungan. Metil
merkuri 50 kali bersifat racun daripada merkuri organik. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan, kadar maksimum merkuri di dalam aor adalah 0,001 mg/l
(Anonim, 2011).
D. Cara Mendeteksi Merkuri
Berdasarkan hasil penelitian
dari Diner dan Brenner (1998) serta Frackelton dan Christensen (1998) bahwa
diagnosa klinis dari keracunan merkuri tidaklah mudah dan sering disalah
artikan dengan diagnosa kelainan psikiatrik dan autisme. Sulitnya diagnosa merkuri
karena panjangnya periode laten dari mulai terpapar sampai timbulnya gejala dan
tidak jelasnya bentuk gejala yang timbul, yang hampir serupa dengan kelainan
psikiatrik. Untuk memudahkan diagnosa klinis dari keracunan merkuri, maka Vroom
dan Greer (1972) memebuat kriteria sebagai berikut:
1. Observasi kemunduran fungsi, yang berupa: kerusakan motorik,
abnormalitas sensorik, keminduran psikologi dan perilaku, kemunduran nerologik
dan kognitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran penglihatan, kelainan
kulit serta gangguan reflek.
2. Waktu paparan oleh merkuri bersifat akut atau kronis.
Gejala yang disebabkan oleh merkuri yaitu
gangguan psikologi berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat agresif
(Sudarmaji, 2006).
Keracunan
merkuri sering disebut dengan mercurialism yang banyak ditemukan pada negara
maju. Deteksi merkuri dapat melalui urine, darah, kuku dan rambut. Kadar
merkuri di udara daerah yang tidak tercemar sekitar 20-50 ng/m3.
Jika kadar merkuri di udara sebesar 50 ng/m3, maka dalam waktu 3
hari banyaknya paru-paru menghisap merkuri sebesar 1 μg/hari. Gejala klinis
yang ditimbulkan oleh merkuri tergantung banyaknya merkuri yang masuk ke dalam
tubuh, dengan gejala yang paling ringan berupa parastesia yaitu hilangnya rasa
pada anggota gerak dan sekitar mulut serta dapat pula terjadi pengurangan penglihatan
dan pendengaran sampai gejala yang paling berat berupa ataxia, dysarthria
bahkan kematian. Paparan merkuri pada janin akan tampak setelah bayi lahir yang
dapat berupa cerebraly palsy maupun retardasi mental. Hal ini dapat
terjadi karena jika ibu hamil mengkonsumsi daging binatang yang diberi pakan
padi-padian yang disemprot fungisida mengandung metil merkuri atau yang
tercemar merkuri melalui perairan dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium
terlihat adanya denaturasi protein enzim yang tidak aktif dan kerusakan membran
sel pada kasus keracunan merkuri (Sudarmaji, 2006).
Metil
merkuri merupakan racun yang mampu mengganggu susunan saraf pusat maupun saraf
perifer. Keracunan merkuri dapat pula berpengaruh terhadap fungsi ginja yaitu
mengakibatkan proteinuria. Selain mempunyai efek pada susuna saraf, merkuri
juga dapat menyebabkan kelainan psikiatri berupa insomnia, nervus, pusing,
mudah lupa, tremor dan depresi. Pada dasarnya besar resiko akibat terpapar
merkuri tergantung dari sumber merkuri di lingkungan, tingkat paparan, teknik
pengambilan sampel, analisis sampel dan hubungan dosis dengan respon
(Sudarmaji, 2006).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Merkuri merupakan salah satu jenis logam yang banyak
ditemukan di alam dan tersebar dalam batu – batuan, biji tambang, tanah, air
dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik, serta logam berat urutan
pertama dalam sifat racunnya.
2. Mekanisme merkuri mencemari lingkungan dengan 3 fase, yaitu
fase eksposisi, fase toksokinetik dan fase toksodinamik. Merkuri dapat
mencemari lingkungan dengan adanya limbah dari industri yang mengandung merkuri
dan dibuang ke lingkungan sekitar. Sumber merkuri dapat berasal dari alam,
industri maupun dari hasil pembakaran bahan bakar fosil.
3. Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara melalui
kulit, setelah diabsorbsi di jaringan akan teroksidasi menjadi merkuri divalent
(Hg2+) yang dibantu oleh enzim katalase. Metil merkuri terakumulasi
pada bahan makanan yang dikonsumsi, misal ikan. Merkuri juga dapat dilepaskan
ke atmosfer melalui berbagai kegiatan manusia terutama proses pembakaran, bahan
bakar fosil, maupun dari fenomena alam yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui
inhalasi.
4. Cara mendeteksi merkuri dengan kriteria yang dibuat Vroom
dan Greer (1972) untuk memudahkan diagnosa klinis dari keracunan merkuri:
a. Observasi kemunduran fungsi, yang berupa: kerusakan motorik,
abnormalitas sensorik, keminduran psikologi dan perilaku, kemunduran nerologik
dan kognitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran penglihatan, kelainan
kulit serta gangguan reflek.
b. Waktu paparan oleh merkuri bersifat akut atau kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. 2006. Merkuri:
Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan.
USU Repository.
Anonim.
2011. http://toksikmerkuri.blogspot.com/
[30 desember 2012]
Sudarmaji,
J.Mukono, dan Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap
Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2 (2): 129 -142.
thanks ya,,,tuk refrnsinya :D
BalasHapusSama-sama, maap baru bales
BalasHapus