BIOTERORISME
DENGAN MENGGUNAKAN AGEN BIOLOGI BERUPA Bacillus anthracis
Nama : Diana Putri Hapsari
NIM : M0410018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dewasa
ini semakin banyak kesempatan menjadi sasaran bioterorisme atau senjata
biologis dengan memanfaatkan agen biologi. Bioterorisme dapat dilakukan oleh
siapapun itu untuk mengalahkan pesaing usahanya maupun berperang dengan negara
kompetitor. Alasan penggunaan bioterorisme pun bermacam-macam seperti ekonomi,
politik, maupun sosial. Beragam agen biologi yang dapat digunakan dalam teror
tersebut, dapat berbagai jenis virus, bakteri atau kuman. Antraks merupakan
salah satu penyakit yang oleh bakteri. Awalnya antraks akan menginfeksi
binatang ternak herbivora. Spora dari bakteri penyebab antraks mampu bertahan
hidup cukup lama di dalam tanah. Aerosol antraks tidak berbau, tidak terlihat
dan mampu menyebar beberapa kilometer.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan bioterorisme?
b. Apa yang dimaksud dengan antraks?
c. Bagaimana hubungan penggunaan antraks sebagai senjata
biologi?
3. Tujuan Penulisan
Untuk
menelaah lebih dalam tentang bioterorisme yang spesifik mengarah ke
bioterorisme dengan menggunakan bakteri Bacillus anthracis.
B. PEMBAHASAN
Bioterorisme
merupakan bentuk teror dengan pelepasan yang disengaja berupa bakteri, virus,
kuman atau agen biologi yang menyebabkan kesakitan ataupun kematian pada
manusia, hewan atau tanaman. Agen biologi yang awalnya bersifat alami dirubah
sehingga kemampuannya untuk menyebabkan penyakit dapat ditingkatkan, dapat
membuat agen biologi tersebut akan kebal atau resisten terhadap pengobatan yang ada, maupun agar kemampuannya untuk
menyebar dilingkungan sekitar semakin hebat. Jalur yang digunakan untuk
menyebar bioterorisme biasanya lewat udara, air maupun makanan karena akan
cepat menyebar jika mennggunakan media tersebut. Sehingga bioterorisme sering
disebut dengan senjata biologis.
Menurut
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mampu menggolongkan
bioterorisme menjadi beberapa golongan berdasarkan besarnya resiko, kemudahan
dalam penyebaran, beratnya kesakitan atau kematian yang disebabkan, antara
lain:
a. Golongan A
Golongan
ini merupakan kumpulan dari agen biologi yang mempunyai resiko sangat tinggi
yang dapat menyebabkan keamanan suatu negara dalam kondisi yang berbahaya. Agen
biologi pada golongan ini mudah menyebar dari manusia satu ke manusia yang
lain, dapat menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi, menyebabkan
kepanikan dan kekacauan sosial. Contoh penyakit yang termasuk dalam golongan A,
antara lain cacar, demam berdarah, pes dan keracunan makanan yang disebabkan
oleh Clostridium botulinum.
b. Golongan B
Agen
biologi pada golongan B mempunyai resiko yang tinggi walaupun skalanya lebih
rendah daripada golongan A. Karakteristik lain dari golongan B, yaitu cukup
mudah menyebar, menimbulkan angka kesakitan yang cukup tinggi walaupun angka
kematiannya cukup rendah. Contoh agen biologi yang berperan: Salmonella,
E. coli, Cholera, virus alfa, penyebab infeksi otak, zat-zat
beracun.
c. Golongan C
Agen
biologi di golongan C memiliki resiko yang rendah. Agen biologi dapat
direkayasa untuk disebarluaskan di masa yang akan datang, dikarenakan mudah
didapat, mudah diproduksi, disebarkan memiliki potensi untuk memberikan dampak
buruk pada kesehatan, dan berpotensi pula menyebabkan kesakitan serta kematian
yang tinggi.
Antraks merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bagian yang masuk ke dalam
tubuh berupa endospora melalui luka, lecet, inhalasi atau makanan yang
terkontaminasi. Pertama antraks akan menginfeksi binatang ternak herbivora.
Manusia akan terjangkit penyakit ini jika terjadi kontak dengan binatang yang
terserang maupun hasil produk dari binatang tersebut. Kadang pula antraks dapat
menyebar dengan gigitan serangga namun jarang ditemukan. Jenis dari penyakit
antraks sendiri terdiri dari:
1. Antraks Inhalasi
Antraks
jenis ini ditandai dengan mediastinitis hemorhagik, infeksi sistemik yang
progresif, dan mengakibatkan angka kematian yang tinggi. Gejala klinis antraks
inhalasi bersifat bifasik. Penyakit meningitis antraks timbul karena bakteremia
pada antraks inhalasi, namun jarang terjadi meningitis antraks.
2. Antraks Kulit
Infeksi
ini sering terjadi yang ditandai dengan lesi kulit terlokasi dengan eschar
(ulkus nekrotik) sentral dikelilingi edema non pitting. Terdapat kasus
yang mengatakan bahwa karena gigitan serangga menyebabkan antraks kulit. Ini
disebabkan kemungkinan karena serangga tersebut sebelumnya telah memakan
bangkai yang mengandung antraks.
3. Antraks Gastrointestinal
Antraks
ini jarang terjadi dan dihubungkan dengan mortalitas yang tinggi. Pengendapan
dan germinasi spora di orofaring dapat menimbulkan antraks orofaring.
Bacillus anthracis berasal dari bahasa
Yunani yang berari batu bara, karena penyakit ini menimbulkan warna kehitaman
atau gambaran dari batu bara (coal like) pada lesi kulit. Bacillus
anthracis merupakan bakteri besar Gram positif, aerobik, berbentuk spora, non
motile, berukuran sekitar 1 – 1,5 μm hingga 3 – 10 μm, non hemolitik pada
agar darah domba, tumbuh pada suhu 37oC dengan gambaran seluler joint
bamboo-rod den membentuk gambaran koloni curled hair yang unik. Bakteri
ini dapat tahan panas, sinar ultraviolet, radiasi sinar gama dan beberapa
desinfektan. Spora antraks akan mengalami germinasi menjadi bentuk vegetatif
bila masuk ke dalam lingkungan yang kaya akan nukleotida, asam amino dan
glukosa seperti darah. Jika nutrisi dari bakteri ini telah habis maka akan
berubah menjadi spora. Virulensi kuman antraks bergantung pada kapsul
antifagosit dan komponen 3 toksin, yaitu antigen protektif (AP), faktor letal
(FL) dan faktor edema (FE).
Awal
penggunaan bakteri Bacillus anthracis sebagai senjata biologi dilakukan
pada tahun 1979 di Sverdlovsk bekas dari Uni Soviet pada fasilitas mikrobiologi
militer yang mengalami kecelakaan sehingga aerosol spora antraks keluar.
Peristiwa ini mengakibatkan sekitar 79 kasus antraks dan 66 orang meninggal.
Aerosol dari antraks tidak berbau, tidak terlihat dan mampu menyebar dalam
radius beberapa kilometer sehingga antraks merupakan golongan A. Kemudian pada
tahun 1970, WHO memperkirakan jika 50 kg antraks dijatuhkan pada penduduk urban
berjumlah 5 juta maka akan mengakibatkan 250.000 terjangkit antraks dan 100.000
orang akan meninggal. Pada tahun 1993, AS memperkirakan sekitar 130.000 – 3
juta orang akan meninggal karena aerosol spora antraks seberat 100 kg yang
terbawa angin di Washington DC dan hal tersebut setara dengan daya bunuh bom
hidrogen. Dari perhitungan diperkirakan biaya yang diperlukan untuk mengobati
orang yang tertular antraks sekitar 26,2 milyar dolar setiap 100.000 orang yang
tertular. Sejak tahun 2001 tercatat 12 kasus antarks terjadi di AS, 2 kasus
inhalasi (1 kasus fatal) terjadi pada pekerja penerbitan, 4 kasus inhalasi
antraks (2 kasus fatal) terjadi pada pekerja pengirim surat di Washington DC, 6
kasus lainnya mengalami antraks kulit. Dari surat kabar sendiri dilaporkan ada
sekitar 28 orang di kantor senat terjangkit antraks pada swab nasal.
C. PENUTUP
Bioterorisme
merupakan hal yang dilakukan untuk meneror dengan menggunakan agen biologi
berupa kuman, virus maupun bakteri. Agen biologi disebar biasanya melalui
udara, air atau makanan. Antraks salah satu penyakit yang dapat digunakan
sebagai senjata biologi karena aerosol antraks tidak berbau, tidak terlihat dan
mudah menyebar. Spora antraks juga akan bertahan lama di dalam tanah karena
resisten terhadap sinar ultraviolet, panas radiasi sinar gama, desinfektan dan
lain sebagainya. Pertama-tama spora
antraks biasanya masuk ke dalam tubuh binatang herbivora dan akan menular pada
manusia karena adanya kontak dengan binatang atau produk dari binatang
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Pohan,
Herdiman.T. Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Antraks. Jurnal Maj
Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005.
Irianto,
Agus. Bioterorisme dan Ketahanan Pangan. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar