TUGAS FISIKA DASAR
STUDI BIOAKUSTIK PADA OCEANIC DOLPHINS
Disusun Oleh:
DIANA PUTRI HAPSARI
M0410018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Lumba-lumba adalah salah satu
mamalia laut yang dilindungi, karena
terancam akan kelestariannya. Menurut UU Lingkungan Hidup Internasional,
lumba-lumba merupakan mamalia laut yang dilindungi dan dilarang untuk
ditangkap, atapun untuk dipelihara. Terancamnya kelestarian dari lumba-lumba
dikarenakan banyaknya perburuan lumba-lumba. Hasil perburuan tersebut dapat
digunakan untuk diperdagangkan daging, minyak maupun kemampuan dari lumba-lumba
itu sendiri. Namun, banyak dijumpai lumba-lumba untuk atraksi-atraksi yang
banyak diselenggarakan di dunia. Hal ini, juga merupakan kegiatan eksploitasi
dari kehidupan lumba-lumba yang seharusnya berada di perairan lepas, namun
dieksploitasi untuk menghasilkan sejumlah uang dan kesenangan belaka.
Maka dari itu, telah banyak
penelitian yang meneliti tentang perilaku lumba-lumba, sehingga diharapkan
dengan hasil penelitian tersebut mampu meminimalkan atau mencegah penurunan
populasi dari lumba-lumba. Salah satu dari penelitian yang dilakukan berupa penelitian
tentang pendeteksian dan penganalisisan karakteristik suara yang dihasilkan
oleh lumba-lumba pada berbagai kondisi dan tingkah laku di habitatnya. Suara
dengan frekuensi tertentu, diharapkan menjadi pemandu bagi lumba-lumba agar
menghindari atau keluar dari suatu perairan yang berbahaya.
BAB II
ISI
Salah satu mamalia laut yang paling
menarik perhatian adalah famili Delphinidae atau dikenal dengan istilah oceanic
dolphins dari genus Stenella dan Tursiops. Hal yang biasa lumba-lumba
lakukan adalah bergerak berkelompok dan berlompatan diatas permukaan laut.
Perilaku ini digunakan bagi para nelayan untuk mendeteksi keberadaan kelompok
ikan. Menurut Shane (1990), terdapat beberapa tingkah laku sosial dari
lumba-lumba yang ditandai dengan:
1. Greeting: lumba-lumba akan
memberikan greeting saat bertemu dengan kelompoknya. Greeting
yang dilakukan berupa berenang cepat diantara yang lainnya di permukaan air
dengan menggerakkan ekornya atau dengan cara mengeluarkan suara.
2. Roughhousing: roughhousing
dilakukan oleh lumba-lumba dengan penuh semangat membuat keributan dan
kegaduhan dengan menggunakan rostrum dan flukes. Biasanya
dilakukan untuk menyambut anaknya yang baru lahir.
3. Alloparental care:
berenang dan bermainnya lumba-lumba muda dengan lumba-lumba dewasa selama lebih
dari 1 jam ketika induknya mencari makan pada jarak beberapa ratus meter.
Sejak tahun 2000 perhatian masyarakat hanya
terletak pada pola penyebaran, pola migrasi dan kelestarian lumba-lumba. Namun
dengan berkembangnya teknologi, peneliti cetacean (paus, lumba-lumba dan dugong)
dunia mulai meneliti tentang kemampuan bio-sonar Odontoceti (paus bergigi) yang
mampu mentransmisikan sinyal suara dan mendapatkan informasi mengenai
lingkungan sekitar dari pantulan suara tersebut.
Suara untuk mamalia laut sangat penting,
karena suara akan merambat lima kali lebih cepat daripada di udara dan
mempunyai kisaran komunikasi yang lebih luas daripada penglihatan (Nybakken,
1992). Untuk mempelajari hal tersebut perlu digunakan ilmu yang mempelajari
tentang suara yang diproduksi oleh binatang, yaitu bioakustik. Akustik
merupakan sarana yang paling efektif dan efisien dalam berkomunikasi di
perairan. Hal ini disebabkan suara di air memiliki kecepatan sekitar 1500 m/s
atau 4,5 kali lebih cepat daripada kecepatan suara di udara. Menurut Caldwell
dan Caldwell (1990), suara lumba-lumba dapat dikelompok menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Click, untuk echolocation
2. Burst, dideskripsikan sebagai
lengkingan
3. Whistle, untuk komunikasi
Mamalia
laut yang memiliki kemampuan echolocation biasanya mampu membedakan
detail obyek dengan baik. Hal ini diduga bahwa susunan tulang tengkoraknya
membentuk pemantul parabolik yang akan memfokuskan suara pada dahi. Melon
berfungsi untuk memfokuskan suara yang dihasilkan di nasa plugs sehingga
suara akan dipancarkan ke arah yang dituju. Disaat yang bersamaan, gelombang
suara pantulan dari obyek, kembali disalurkan melalui fatty channel. Fatty
channel ini mengandung minyak dan terletak di rahang bawah hingga mencapai
telinga dalam.
Gelombang suara pada echolocation
atau sonar dikeluarkan dari sumber ke arah tertentu. Gelombang suara tersebut
bergerak dengan lancar di air hingga membentur benda padat. Setelah gelombang
tersebut membentur benda padat, gelombang tersebut akan dipantulkan kembali ke
sumbernya. Untuk memperkirakan jarak sumber dengan benda dilihat dari interval
waktu suara pertama kali dikeluarkan sampai kembalinya suara tersebut setelah
dipantulkan. Suara dengan frekuensi yang rendah akan berguna untuk menempatkan
diri dalam badan air sesuai dengan benda-benda di sekitarnya. Dengan suara
frekuensi rendah tidak akan memberikan informasi mengenai bentuk benda
tersebut, namun dengan suara berfrekuensi tinggi akan memberikan informasi yang
lebih rinci.
Dalam komunikasi mamalia laut, banyak
peneliti yang menyatakan pendapatnya. Menurut Evans (1987), suara dari mamalia
laut diproduksi dari larynx. Dugaan lainnya adalah suara echolocation
(click) maupun whistle diproduksi dari daerah nasal plug.
Mekanismenya sendiri antara lain, udara yang ditekan diduga melewati nasal
sacs ventral ke plug menuju ke dorsal sac sebagai sebuah
rangkaian pulsa suara. Dari rangkaian tersebut, Whistle diproduksi dari
sisi kiri dan click dari sisi kanan. Kemudian udara akan disimpan di dorsal
nasal sac dan didaur ulang ke lower sac untuk letusan suara
selanjutnya. Menurut Supangat (2006), mamalia laut berkomunikasi dengan menggunakan
suara dengan sinyal akustik tertentu, yang sinyalnya bervariasi tergantung
kebutuhan dan keadaan lingkungan. Menurut Leatherwood dan Reeves (1990),
menyatakan bahwa ‘whislte like squeal’ pada lumba-lumba hidung botol
bukan untuk echolocation namun untuk komunikasi sosial.
Pada Hartono (2004), telah diteliti tentang
karakteristik suara pada beberapa kondisi dan tingkah laku lumba-lumba hidung
botol. Dari karakteristik suara-suara
tersebut kemudian digunakan alat pembangkit frekuensi untuk
membangkitkan suara dengan karakteristik tersebut. Setelah dilakukan
serangkaian prosedur penelitian dalam Hartono (2004), berdasarkan data suara
acuan yang diduga whistle, click dan burst memiliki bentuk kurva
periodogram yang umumnya berfluktiasi dan bervariasi dengan karakter yang
kompleks, baik antar data, antar individu ataupun antar tip suara.
Dilihat dari PSD rata-rata maksimum atau posisi frekuensi berdasarkan tipe
suara, kedekatan hanya terjadi pada click dan whistle. Kedekatan click
dan whistle terjadi pula dengan data acuan yang digunakan. Sedangkan
sebagian besar data suara memiliki band frekuensi yang berbeda-beda
kisarannya, baik antar individu maupun antar tipe suara.
BAB III
PENUTUP
Mamalia
laut seperti lumba-lumba lebih menggunakan indera pendengaran dengan
pemanfaatan gelombang suara untuk berkomunikasi maupun echolocation
daripada indera penglihatan mereka. Hal ini dikarenakan suara akan merambat di
air lima kali lebih cepat daripada di udara. Terdapat tiga tipe suara dari
lumba-lumba, yaitu whistle, burst, dan click. Beberapa sumber
mengatakan bahwa click digunakan untuk echolocation, sedangkan whistle
untuk berkomunikasi. Mekanisme echolocation sendiri adalah mengeluarkan
suara dari sumber yang kemudian suara tersebut akan dipantulkan kembali ke
sumber suara setelah menabrak benda padat. Jarak antar sumber suara dengan
benda dapat diketahui dengan menghitung interval waktu antara suara yang
pertama kali dikeluarkan dengan pantulan yang diterima sumber. Suara dengan
frekuensi yang tinggi akan lebih rinci dalam memberikan informasi tentang
keadaan sekitar daripada suara yang berfrekuensi rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Caldwell, M.C. dan D.K. Caldwell. 1990. Review
of the Signature-Whistle Hypothesis for the Atlantic Bottlenose Dolphin.
California: Academic Press, Inc.San
Diego.
Evans, P.G.H. 1987. The Natural History of
Whales and Dolphin. England: Christoper Helm Ltd, Imperial House.
Hartono, C. 2004. Studi Bioakustik berdasarkan
Tipe Suara Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursiops truncatus) di Gelanggang
Samudera, PT. Pembangunan Jaya Ancol. Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Leatherwood, S., R.R.Reeves. 1990. The
Bottlenose Dolphin. California: Academic Press, Inc.San Diego.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Satu
Pendekatan Ekologis. Terjemahan H.M Eidman. Jakarta: PT. Gramedia.
Shane, H. 1990. Behaviour and Ecology of The
Bottlenose Dolphin at Sanibel Island, Florida. California: Academic Press, Inc.San Diego.
Supangat, A. 2006. Pencemaran Suara di Laut. Inovasi,
6 (18:16-22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar