MAKALAH TERATOLOGI
UJI EFEK TERATOGENIK
PERASAN RIMPANG KUNYIT PUTIH (Curcuma alba Val.) PADA MENCIT BETINA
Nama : Diana Putri Hapsari
NIM : M0410018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Obat tradisional biasanya digunakan
masyarakat untuk mengobati penyakit yang diderita. Pengobatan tradisional
merupakan salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan lain di luar ilmu
kedokteran dan perawatan. Pengobatan tradisional sendiri dikenal mujarab dalam
mengobati berbagai penyakit. Salah satu tanaman obat yang biasa digunakan
adalah kunyit putih atau Curcuma alba Val. Rimpang kunyit putih banyak
mengandung berbagai komponen kimia, antara lain minyak atsiri, tumerik, germakron,
puranodienon, dan kurkumenon yang diduga dapat menimbulkan efek teratogenik,
karena dapat mengurangi bahkan menghilangkan sel kanker terutama kanker
payudara dan leher rahim. Umumnya kerja dari obat anti kanker berdasarkan atas
gangguan salah satu proses sel yang efisiensial karena tidak ada perbedaan
kualitatif antara sel kanker dengan sel normal. Di dalam jurnal ini akan
meneliti rimpang kunyit putih apakah mempunyai efek teratogenik pada fetus
mencit saat masa organogenesis, dimana perasan rimpang kunyit putih digunakan
sebagai obat anti kanker.
BAB II
ISI
- Metode Penelitian
1. Penyiapan
bahan penelitian
Rimpang kunyit putih dibersihkan
dan dicuci dengan air, kemudian dipotong kecil-kecil dan diperas dengan alat
juicer. Perasan dipisahkan dengan ampasnya, lalu ditimbang masing-masing 2gr, 4gr, 6gr dan 8gr yang kemudian semua
ditambahkan air suling sampai dengan 100 ml agar memperoleh konsentrasi 2%, 4%,
6% dan 8%.
2. Penyiapan
hewan uji
Hewan uji yang digunakan yaitu
mencit betina dan jantan dewasa yang sehat dan subur, berumur 2 – 3 bulan
dengan berat badan 20 – 30 gram. Kemudian mencit dibagi menjadi 5 kelompok.
Masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor betina dan 3 ekor jantan. Mencit
betina yang ositif bunting digunakan untuk penelitian.
3. Pemeriksaan
apus vagina
Pipet yang berujung halus diisi
dengan 2-3 tetes air suling, kemudian ujung pipet dimasukkan ke dalam saluran
vagina, lalu disemprotkan dan dihisap kembali dengan beberapa kali pengulangan.
Air yang mengandung sekret vagina ditetesi dengan 1 tetes metilen blue 0,1%.
Setelah itu periksa dibawah mikroskop 10x10.
Jika terdapat sel epitel berinti maka mencit berada pada fase estrus dan
siap dikawinkan.
4. Pengawinan
mencit
Mencit betina ditimbang untuk
mengetahui berat badan awalnya, lalu dicampurkan dengan mencit jantan selama
±24 jam dengan perbandingan 5:3. Setelah
24 jam, dilihat pada vagina mencit betina ada tidaknya sisa sperma, jika
terdapat sisa sperma diperkirakan bahwa mencit tersebut telah kawin, lalu
ditempatkan pada kandang lain.
5. Pemberian
sediaan uji
Hari pertama kebuntingan
diperkirakan pada saat mencit betina dinyatakan positif bunting. Pada hari
ke-7, semua mencit ditimbang satu per satu dan dipilih 5 ekor mencit yang telah
bunting untuk diberi perlakuan. Awalnya mencit dipuasakan selama 3-4 jam dan
diberi perasan rimpang kunyit putih per oral sesuai dosisnya, sekali setiap
hari dari hari ke-7 sampai hari ke-13 sesuai dengan konsentrasi masing-masing,
kemudian dihentikan pada hari ke-18.
6. Pembedahan
mencit betina dan pemeriksaan fetus
Awalnya mencit ditimbang satu per
satu untuk mengetahui berat badan akhirnya. Kemudian dibius dengan eter dan
diletakkan pada papan bedah. Bedah di bagian dada ke arah anus, kulit dibuka ke
samping hingga isi perut terlihat. Bagian uterus dikeluarkan dengan menggunting
ujungnya dan fetus dimasukkan ke larutan NaCl 0,9%. Jumlah fetus pada uterus
kanan dan kiri dikeluarkan dengan menggunting kulit uterus secara hati-hati.
Dihitung jumlah fetus yang mati dan hidup dan ditimbang satu per satu. Semua
fetis kemudian dimasukkan dalam vial dan diberi larutan Bouin dengan
perbandingan 5:1. Fetus dibiarkan selama 30 menit, lalu dibilas dengan air
dingin dan dilakukan pemeriksaan terhadap mata, telinga, kaki, tengkorak, ekor
dan lain-lain yang dianggap abnormal dibandingkan dengan kontrol.
- Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil
Total fetus dan berat rata-ratanya
yang ditemukan pada konsentrasi 0%-2% tidak jauh berbeda, sedangkan semakin
tinggi konsentrasinya semakin berkurang jumlah fetus dan berat rata-ratanya. Pada
konsentrasi 6% jumlah fetus yang mati yaitu 2, sedangkan pada konsentrasi 8%
jumlah fetus yang mati yaitu 8 dan pada konsentrasi 0%-4% tiidak ditemukan
adanya fetus yang mati. Abnormalitas pada anatomi luar, konsentrasi 0%-2% fetus
tidak terjadi abnormalitas. Pada konsentrasi 4% terdapat abnormalitas pada
kaki. Pada konsentrasi 6% terdapat abnormalitas pada mata, telinga dan ekor.
Pada konsentrasi 8% terdapat abnormalitas pada mata, telinga, kaki dan ekor.
Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka semakin banyak pula
abnormalitas yang terjadi.
2. Pembahasan
Jumlah fetus ditemukan berbeda
karena adanya penyusutan fetus tanpa bekas dan adanya pengaruh aborsi maupun
pemberian dosis teratogen yang berlebihan. Hubungan antara penurunan berat
badan dengan bertambahnya konsentrasi sangat erat, karena makin tinggi
konsentrasi semakin mempengaruhi pembelahan sel fetus sehingga frekuensi
pembelahan sel menurun yang berakibat menurunnya berat fetus.
Jika dosis teratogen terlampaui
maka akan menyebabkan matinya sel yang juga menyebabkan kematian embrio dan
dapat pula disebabkan oleh zat-zat yang mengganggu replikasi, transkripsi DNA
yang dapat menyebabkan kematian se yang disebabkan oleh kerusakan DNA.
Konsentrasi 2% dan 4% diketahui
belum mampu memberikan pengaruh pada mata, telinga dan ekor. Semakin tinggi
konsentrasi yang diberikan menimbulkan seringnya terjadi cacat pada mata,
telinga kaki dan ekor. Persentase kecacatan yang tertinggi terdapat pada mata.
Cacat mata yang terjadi adalah tidak adanya kelopak mata dan mengecilnya bola
mata. Cacat pada telinga yaitu tidak terbentuknya telinga dengan sempurna. Tipe
cacat lain yang ditemukan antara lain leher kecil, bentuk kepala yang tidak
sempurna serta kaki pendek dan mengecil.
BAB III
KESIMPULAN
Pemberian
perasan rimpang kunyit putih dengan konsentrasi 2% - 8% menyebabkan efek teratogenik pada fetus dengan
mempengaruhi pembelahan sel fetus. Cacat mata sering terjadi seiring dengan
meningkatnya konsentrasi yang diberikan. Semakin tinggi konsentrasi perasan
kunyit putih yang diberikan, maka semakin berkurang pula berat badan fetus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar