What's Your Number? Check This Out

Sabtu, 22 September 2012

Tugas Ku: Sistem Imun pada Invertebrata


SISTEM IMUN PADA INVERTEBRATA





                Nama     : Diana Putri Hapsari
                NIM       : M0410018
                Matkul   : Immunologi





JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA






    A.   PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang Masalah
Invertebrata merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki tulang belakang, sehingga secara otomatis invertebrata tidak memiliki limfosit sebagai sistem kekenalan tubuhnya. Berbeda dengan vertebrata yang memiliki sumsum tulang belakang yang dapat membuat sel-sel antibodi untuk mempertahankan tubuh vertebrata dari serangan patogen.
2.     Rumusan Masalah
Bagaimana invertebrata dapat menghalau dan membinasakan patogen walaupun tidak memiliki limfosit seperti vertebrata pada umumnya.
3.     Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sistem imun yang terdapat pada invertebrata.

    B.   PEMBAHASAN
Seperti yang kita tahu sebelumnya bahwa sistem pertahanan tubuh atau imunitas pada vertebrata salah satunya sel darah putih. Namun pada invertebrata tidak memiliki limfosit atau antibodi seperti vertebrata. Sebenarnya sistem imun pada invertebrata merupakan mekanisme pendahulu dari sistem imun vertebrata. Sistem pertahanan tubuh invertebrata yang berperan adalah mekanisme pertahanan tubuh oleh haemosit. Di mana penyebaran dan peningkatan jumlah haemosit diasumsikan sebagai bentuk dari respon imun seluler dari tubuh invertebrata. Untuk melakukan aktivitas fagositosis, enkapsulasi, nodulasi, pengaktifan sistem prophenoloksidase, anti mikroba maupun senyawa toksik, diperlukan pelepasan beberapa protein untuk mengatasi benda asing atau agen yang masuk tersebut.
Haemosit adalah sel darah pada invertebrata (udang) yang fungsinya sama dengan sel darah putih pada vertebrata. Hemosit berperan untuk mensitesis beberapa produk penting, yaitu bahan sklerotisasi, tirosin dan lain-lain. Ada sekitar 9 macam hemosit sesuai penulis atau ahlinya, yaitu:
1.      Sel induk atau pre-hemosit, bergerak aktif namun ada yang diam di tempat. Berbentuk bulat dengan nukleus besar.
2.      Plasmatosit, memiliki ujung seperti jari, berukuran agak besar, sebagai agen kekebalan seluler, dapat bersifat fagositik pada benda asing yang berukuran kecil, namun jika berukuran besar maka akan diselubungi oleh konektiva yang dibentuk oleh plasmatosit. Proses ini disebut dengan enkapsulasi.
3.      Hemosit granuler, banyak dijumpai pada serangga-serangga tua.
4.      Koagulosit, akan dihasilkan pada serangga yang terluka untuk membentuk gel darah. Merupakan bahan sekresi seperti serabut atau fibril.
5.      Adipohemosit adalah untuk menyimpan lemak dalam bahan makan.
6.      Oenositoid dan sel slefura, fungsi belum jelas.
Pattern Recognition Receptor adalah protein untuk mengidentifikasi molekul yang berasosiasi dengan patogen pada semua organisme. Sistem komplemen adalah bagian arus biokimia dari sitem imun yang dapat membantu membarsihkan patogen dari tubuh yang terdapat pada seluruh organisme. Beberapa dari invertebrata, serangga dan kepiting memiliki repon komplemen yang telah termodifikasi, dengan nama sistem Prophenoloksidase. Yang mewakili bentuk dari sistem imun invertebrata adalah peptida antimikrobial. Peptida antimikrobial merupakan komponen yang telah berkembang dan masih bertahan pada respon imun turunan yang ditemukan pada organisme. Pada beberapa jenis serangga memiliki peptida antimikrobial yang dikenal sebagai defensin dan cecropin.         

    C.   PENUTUP
Sistem imun pada invertebrata berbeda dengan sistem imun vertebrata. Pada vertebrata terdapat sel darah putih yang berasal dari sumsum tulang belakang, namun pada invertebrata karena tidak memiliki tulang belakang maka tidak memiliki antibodi berupa sel darah putih. Sistem imun yang invertebrata miliki adalah haemosit yang  menggantikan fungsi dari sel darah putih.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org . [Diakses pada tanggal 16 September 2012]
Mahasri, Gunanti. Survival Rate (SR) Udang Windu (Penaeus monodon Fab) yang Diimunisasi dengan Whole Protein Zoothamnium penaei Asal dari Tambak Di Pantai Utara dan Selatan Jawa Timur Sebagai Agen Penyebab Zoothamniosis. Jurnal Berkala Ilmiah Perikanan, Vol.3 No.2, November 2008.
http://pelangibiologiasdariah.blogspot.com . [Diakses pada tanggal 16 September 2012]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar