What's Your Number? Check This Out

Kamis, 17 Januari 2013

TugasKu: Makalah Bioterorisme dengan Menggunakan Agen Biologi Berupa Bacillus anthracis (Toksikologi Lingkungan)

BIOTERORISME DENGAN MENGGUNAKAN AGEN BIOLOGI BERUPA Bacillus anthracis 
 

            Nama        : Diana Putri Hapsari
            NIM          : M0410018


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012





A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Dewasa ini semakin banyak kesempatan menjadi sasaran bioterorisme atau senjata biologis dengan memanfaatkan agen biologi. Bioterorisme dapat dilakukan oleh siapapun itu untuk mengalahkan pesaing usahanya maupun berperang dengan negara kompetitor. Alasan penggunaan bioterorisme pun bermacam-macam seperti ekonomi, politik, maupun sosial. Beragam agen biologi yang dapat digunakan dalam teror tersebut, dapat berbagai jenis virus, bakteri atau kuman. Antraks merupakan salah satu penyakit yang oleh bakteri. Awalnya antraks akan menginfeksi binatang ternak herbivora. Spora dari bakteri penyebab antraks mampu bertahan hidup cukup lama di dalam tanah. Aerosol antraks tidak berbau, tidak terlihat dan mampu menyebar beberapa kilometer.

2.      Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan bioterorisme?
b.      Apa yang dimaksud dengan antraks?
c.       Bagaimana hubungan penggunaan antraks sebagai senjata biologi?

3.      Tujuan Penulisan
Untuk menelaah lebih dalam tentang bioterorisme yang spesifik mengarah ke bioterorisme dengan menggunakan bakteri Bacillus anthracis.

B.     PEMBAHASAN
Bioterorisme merupakan bentuk teror dengan pelepasan yang disengaja berupa bakteri, virus, kuman atau agen biologi yang menyebabkan kesakitan ataupun kematian pada manusia, hewan atau tanaman. Agen biologi yang awalnya bersifat alami dirubah sehingga kemampuannya untuk menyebabkan penyakit dapat ditingkatkan, dapat membuat agen biologi tersebut akan kebal atau resisten terhadap pengobatan  yang ada, maupun agar kemampuannya untuk menyebar dilingkungan sekitar semakin hebat. Jalur yang digunakan untuk menyebar bioterorisme biasanya lewat udara, air maupun makanan karena akan cepat menyebar jika mennggunakan media tersebut. Sehingga bioterorisme sering disebut dengan senjata biologis.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mampu menggolongkan bioterorisme menjadi beberapa golongan berdasarkan besarnya resiko, kemudahan dalam penyebaran, beratnya kesakitan atau kematian yang disebabkan, antara lain:
a.       Golongan A
Golongan ini merupakan kumpulan dari agen biologi yang mempunyai resiko sangat tinggi yang dapat menyebabkan keamanan suatu negara dalam kondisi yang berbahaya. Agen biologi pada golongan ini mudah menyebar dari manusia satu ke manusia yang lain, dapat menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi, menyebabkan kepanikan dan kekacauan sosial. Contoh penyakit yang termasuk dalam golongan A, antara lain cacar, demam berdarah, pes dan keracunan makanan yang disebabkan oleh Clostridium botulinum.
b.      Golongan B
Agen biologi pada golongan B mempunyai resiko yang tinggi walaupun skalanya lebih rendah daripada golongan A. Karakteristik lain dari golongan B, yaitu cukup mudah menyebar, menimbulkan angka kesakitan yang cukup tinggi walaupun angka kematiannya cukup rendah. Contoh agen biologi yang berperan: Salmonella, E. coli, Cholera, virus alfa, penyebab infeksi otak, zat-zat beracun.
c.       Golongan C
Agen biologi di golongan C memiliki resiko yang rendah. Agen biologi dapat direkayasa untuk disebarluaskan di masa yang akan datang, dikarenakan mudah didapat, mudah diproduksi, disebarkan memiliki potensi untuk memberikan dampak buruk pada kesehatan, dan berpotensi pula menyebabkan kesakitan serta kematian yang tinggi.
Antraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bagian yang masuk ke dalam tubuh berupa endospora melalui luka, lecet, inhalasi atau makanan yang terkontaminasi. Pertama antraks akan menginfeksi binatang ternak herbivora. Manusia akan terjangkit penyakit ini jika terjadi kontak dengan binatang yang terserang maupun hasil produk dari binatang tersebut. Kadang pula antraks dapat menyebar dengan gigitan serangga namun jarang ditemukan. Jenis dari penyakit antraks sendiri terdiri dari:
1.      Antraks Inhalasi
Antraks jenis ini ditandai dengan mediastinitis hemorhagik, infeksi sistemik yang progresif, dan mengakibatkan angka kematian yang tinggi. Gejala klinis antraks inhalasi bersifat bifasik. Penyakit meningitis antraks timbul karena bakteremia pada antraks inhalasi, namun jarang terjadi meningitis antraks.
2.      Antraks Kulit
Infeksi ini sering terjadi yang ditandai dengan lesi kulit terlokasi dengan eschar (ulkus nekrotik) sentral dikelilingi edema non pitting. Terdapat kasus yang mengatakan bahwa karena gigitan serangga menyebabkan antraks kulit. Ini disebabkan kemungkinan karena serangga tersebut sebelumnya telah memakan bangkai yang mengandung antraks.
3.      Antraks Gastrointestinal
Antraks ini jarang terjadi dan dihubungkan dengan mortalitas yang tinggi. Pengendapan dan germinasi spora di orofaring dapat menimbulkan antraks orofaring.
Bacillus anthracis berasal dari bahasa Yunani yang berari batu bara, karena penyakit ini menimbulkan warna kehitaman atau gambaran dari batu bara (coal like) pada lesi kulit. Bacillus anthracis merupakan bakteri besar Gram positif, aerobik, berbentuk spora, non motile, berukuran sekitar 1 – 1,5 μm hingga 3 – 10 μm, non hemolitik pada agar darah domba, tumbuh pada suhu 37oC dengan gambaran seluler joint bamboo-rod den membentuk gambaran koloni curled hair yang unik. Bakteri ini dapat tahan panas, sinar ultraviolet, radiasi sinar gama dan beberapa desinfektan. Spora antraks akan mengalami germinasi menjadi bentuk vegetatif bila masuk ke dalam lingkungan yang kaya akan nukleotida, asam amino dan glukosa seperti darah. Jika nutrisi dari bakteri ini telah habis maka akan berubah menjadi spora. Virulensi kuman antraks bergantung pada kapsul antifagosit dan komponen 3 toksin, yaitu antigen protektif (AP), faktor letal (FL) dan faktor edema (FE).
Awal penggunaan bakteri Bacillus anthracis sebagai senjata biologi dilakukan pada tahun 1979 di Sverdlovsk bekas dari Uni Soviet pada fasilitas mikrobiologi militer yang mengalami kecelakaan sehingga aerosol spora antraks keluar. Peristiwa ini mengakibatkan sekitar 79 kasus antraks dan 66 orang meninggal. Aerosol dari antraks tidak berbau, tidak terlihat dan mampu menyebar dalam radius beberapa kilometer sehingga antraks merupakan golongan A. Kemudian pada tahun 1970, WHO memperkirakan jika 50 kg antraks dijatuhkan pada penduduk urban berjumlah 5 juta maka akan mengakibatkan 250.000 terjangkit antraks dan 100.000 orang akan meninggal. Pada tahun 1993, AS memperkirakan sekitar 130.000 – 3 juta orang akan meninggal karena aerosol spora antraks seberat 100 kg yang terbawa angin di Washington DC dan hal tersebut setara dengan daya bunuh bom hidrogen. Dari perhitungan diperkirakan biaya yang diperlukan untuk mengobati orang yang tertular antraks sekitar 26,2 milyar dolar setiap 100.000 orang yang tertular. Sejak tahun 2001 tercatat 12 kasus antarks terjadi di AS, 2 kasus inhalasi (1 kasus fatal) terjadi pada pekerja penerbitan, 4 kasus inhalasi antraks (2 kasus fatal) terjadi pada pekerja pengirim surat di Washington DC, 6 kasus lainnya mengalami antraks kulit. Dari surat kabar sendiri dilaporkan ada sekitar 28 orang di kantor senat terjangkit antraks pada swab nasal.

C.     PENUTUP
Bioterorisme merupakan hal yang dilakukan untuk meneror dengan menggunakan agen biologi berupa kuman, virus maupun bakteri. Agen biologi disebar biasanya melalui udara, air atau makanan. Antraks salah satu penyakit yang dapat digunakan sebagai senjata biologi karena aerosol antraks tidak berbau, tidak terlihat dan mudah menyebar. Spora antraks juga akan bertahan lama di dalam tanah karena resisten terhadap sinar ultraviolet, panas radiasi sinar gama, desinfektan dan lain sebagainya.  Pertama-tama spora antraks biasanya masuk ke dalam tubuh binatang herbivora dan akan menular pada manusia karena adanya kontak dengan binatang atau produk dari binatang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Pohan, Herdiman.T. Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Antraks. Jurnal Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005.
Irianto, Agus. Bioterorisme dan Ketahanan Pangan. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar